Cerita Penyintas Covid-19 : Anda Hanya Perlu 'Sedikit' Tenang untuk Lawan Virus Ini

Akhmad Arthur, Manager News & Program Celebes TV - (ist)

CELEBESMEDIA.ID, Makassar - Covid-19 menakutkan itu benar, bisa sembuh dari covid-19, Insya Allah pasti bisa.

Hampir dua pekan saya melakukan isolasi mandiri karena didiagnosa positif covid-19. Seperti berbagai info yang hampir kita tahu gejala terkena virus ini ditandai dengan adanya demam, sakit kepala hingga hilang indera pemciuman maupun indera perasa.

Diawali dengan demam dan sedikit meriang, dan beberapa hari kondisi badan kurang fit, akhirnya salah satu gejala utama terkena covid-19 saya alami. Hilang indera penciuman, tidak mencium bau apapun menjadi salah satu indikasi kuat terpapar virus covid-19.

Mengetahui kondisi saya seperti itu, kemudian menjadi keharusan untuk memeriksakan diri dengan Swab PCR agar lebih akurat. Dengan difasilitasi kantor tempat saya kerja akhirnya saya bisa Swab PCR dengan output paling cepat (8 jam), sekira delapan jam kemudian hasil pemeriksaan Lab dari klinik Bosowa keluar dengan hasil Positif dengan Cycle Thereshold (CT) 28, menurut penjlelasan singkat pihak klinik, jumlah CT normal adalah 38-40, artinya dengan angka CT 28 dapat menularkan virus.

Seketika saya tidak khawatir dengan kondisi saya, melainkan sang istri yang selama beberapa hari tetap menemani saya saat kondisi kurang sehat, ia memiliki sedikit masalah kesehatan yakni riwayat sesak pernapasan. Keesokan pagi Istri beserta keluarga lainnya segera Swab PCR dan hasilnya Istri saya positif dan keluarga lain alhmadulillha negatif, dan disinilah dimulai petualangan melawan virus covid ini. 

Dengan bekal pemahaman bahwa kondisi tidak parah jika telah melakukan vaksin, membuat saya cukup tenang. Saya meyakinkan istri bahwa dua kali vaksin yang kita ikuti tidak akan sia-sia, mungkin kita bisa  positif covid-19 tetapi kondisi kita tidak begitu parah.

Kondisi saya hilang indera penciuman dan istri saya mengalami batuk dan sakit kepala membuat kami tetap harus berjaga jarak, di rumah yang kami tempati, kami berpisah ruang tempat tidur, perlengkapan alat pelindung diri seperti masker, hand sanitizer, disinfectant segera dilengkapi untuk menopang isolasi mandiri kami. 

Cerita dan diskusi dengan mengatur jarak kami lakoni, melakukan hal-hal yang kami senangi wajib dilakukan dikondisi yang sangat "boring" karena tidak boleh kemana-mana.

Isolasi mandiri akibat covid-19 menjadi pengalaman cukup mengagetkan setelah berumah tangga awal april lalu, saya yang cenderung mandiri merasa kondisi ini biasa saja namun tidak dengan istri saya yang merasa ini sangat berbahaya bagi dirinya karena punya riwayat sesak nafas.

Beragam liteasi untuk mempercepat kesembuhan kerap kami lakukan dengan bertanya ke “om google”, hasilnya beragam. Keluarga juga terus memberi support dan masukan untuk tetap tenang dan jangan setres, kolega di kantor juga menyarankan agar istriahat dan jangan banyak fikiran, semua support tersebut menjadi energi tersendiri melawan virus yang kami derita.

Dari semua informasi dan cerita-cerita terkait mengobati covid yang kami dapati,  ada dua langkah penting yang harus saya sampaikan. Pertama mengikuti anjuran dokter untuk mengkonsumsi antibiotik dan vitamin untuk terapi covid dan mengkonsumsi obat herbal sebagai penopang terapi covid.

Pada kondisi ini sebaiknya kita jangan mengkonsumsi obat-obatan berlebih, meskipun dari kondisi psikologis kita seakan ingin mengkonsumsi segala yang diinformasikan agar segera sembuh. Dikondisi ini dibutuhkan ketenangan dan tidak berfikir negatif terkait kondisi, salah satu cara agar tenang dengan perbanyak istigfar dan sholat tepat waktu.

Hari demi hari kami lalui bersama, berjemur dikala waktu tepat untuk berjemur, makan bergizi dan konsumsi buah, teratur jam makan dan membersihkan sendiri pakaian maupun perlengkapan makan. hal-hal tersebut rutin kami lakukan selama sepekan lebih sejak dinyatakan positif. 

Dibutuhkan konsisten dalam merawat diri dan menkonsumsi obat-obatan. Meski indera penciuman hilang namun sebaiknya konsumi makanan harus dipertahankan agar kondisi fisik tidak droop, dalam kondisi tidak memiliki indra penciuman rasa makanana hanya ada manis,asam, asin dan pedas, tidak ada aroma yang menggugah selera, jadi memang dibutuhkan sedikit paksaan agar makan dalam jumlah yang cukup.

Alhamdulillah, Setelah sepekan lebih terapi obat-obatan dan mengkonsumsi obat herbal dari rekan dan kolega perlahan-demi perlahan gejala yang saya dan istri alami berkurang, saya sudah mulai mencium, sementara batuk dan sakit kepala istri juga jauh berkurang.

Benar kata para “alumni” penderita covid-19, selain menyerang sistem pernafasan, covid menyerang kondisi psikis, kita mengalami ketakutan karena menganggap penyakit ini mampu merenggut nyawa. Kondisi psikis inilah yang paling berat dilawan, satu hal yang bikin lega, bahwa apapun yang terjadi, sakit anggap sebagai penggugur dosa dan percayalah bahwa postif Covid-19 bukan akhir dari kehidupan. Kalau kita bisa lawan dampak psikis terpapar covid-19 maka pengobatan akan lebih mudah. 

Kata dokter yang kerap saya minta masukan soal kesehatan, Dokter Onasis, bahwa penyebab sakit itu awalnya dari fikiran.

Bagi para saudara(i) yang sedang melawan covid-19, percayalah bahwa penyakit ini bisa sembuh, anda hanya perlu lebih tenang dalam bertindak, anda hanya perlu banyak berfikir positif, beribadah yang baik, dan ikutilah anjuran dokter untuk terapi pengobatan anda. Saya sudah buktikan! 

Saya dan istri sudah dinyatakan “alumni” Covid-19.

Untuk masyarakat yang saat ini dalam kondisi sehat, tetaplah menjaga protokol kesehatan, jangan kendor! bahwa virus ini benar adanya. Jaga diri anda demi diri anda sediri dan untuk keluarga anda sendiri.


Salam Sehat 

Salam Penyintas Covid-19 

Ditulis di Makassar, 28 Juni 2021 

Manager News & Program Celebes TV 

Akhmad Arthur