BI : Ekonomi Global Meradang, Domestik Lanjutkan Perbaikan

Ilustrasi - (foto by pixabay)

CELEBESMEDIA.ID, Makassar - Bank Indonesia menilai perekomian dibayangi suhu panas inflasi, sementara perekonomian domestik Indonesia akan terus melanjutkan perbaikan. 

Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia 22-23 Juni 2022 di Jakarta menyimpulkan, perekonomian Global. Terus diwarnai peningkatan inflasi di tengah pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan lebih rendah dari proyeksi sebelumnya. 

Berlanjutnya ketegangan geopolitik Rusia-Ukraina, yang disertai dengan pengenaan sanksi yang lebih luas dan kebijakan zero Covid-19 di Tiongkok, menahan perbaikan gangguan rantai pasokan. 

Gangguan dari sisi suplai tersebut disertai dengan meluasnya kebijakan proteksionisme terutama pangan oleh berbagai negara, mendorong tingginya harga komoditas global yang berdampak pada peningkatan tekanan inflasi global. 

Berbagai negara, termasuk Amerika Serikat (AS), merespons kenaikan inflasi tersebut dengan menempuh pengetatan kebijakan moneter yang lebih agresif sehingga berpotensi menahan pemulihan perekonomian global dan mendorong peningkatan risiko stagflasi. 

Pertumbuhan ekonomi berbagai negara, seperti AS, Eropa, Jepang, Tiongkok, dan India diprakirakan lebih rendah dari proyeksi sebelumnya. Volume perdagangan dunia juga diperkirakan lebih rendah dari perkiraan sebelumnya. 

Perkembangan tersebut berdampak pada ketidakpastian pasar keuangan global yang masih akan tetap tinggi sehingga mendorong terbatasnya aliran modal asing dan menekan nilai tukar di berbagai negara berkembang, termasuk Indonesia.

Domestik

Adapun petekonomian domestik, BI memprakirakan akan terus melanjutkan perbaikan seiring peningkatan permintaan domestik di tengah positifnya kinerja ekspor. 

Perkembangan tersebut, menurut BI, tercermin dari berbagai indikator dini pada Mei 2022 dan hasil survei Bank Indonesia terakhir yang menunjukkan berlanjutnya perbaikan permintaan domestik seperti keyakinan konsumen, penjualan eceran, dan ekspansi Purchasing Managers' Index (PMI) Manufaktur, seiring dengan peningkatan mobilitas dan pembiayaan dari perbankan. 

Kinerja ekspor juga tetap kuat, khususnya pada komoditas batu bara, besi baja, dan biji logam, di tengah risiko tertahannya permintaan akibat perlambatan perekonomian global. Secara spasial, kinerja positif ekspor terjadi di seluruh wilayah, terutama Kalimantan dan Sumatera. 

Perbaikan ekonomi juga tercermin pada kinerja beberapa sektor utama, seperti Industri Pengolahan, Perdagangan, dan Konstruksi yang terus membaik. 

Ke depan, menirit penilaian BI perbaikan perekonomian domestik diprakirakan terus berlanjut didukung oleh peningkatan mobilitas, sumber pembiayaan, dan aktivitas dunia usaha, di tengah tetap positifnya kinerja ekspor. Dengan perkembangan tersebut, pertumbuhan ekonomi 2022 diprakirakan tetap berada dalam kisaran proyeksi Bank Indonesia pada 4,5-5,3%.

Neraca Pembayaran  

BI menyatakan, kinerja Neraca Pembayaran Imfonesia (NPI) diprakirakan tetap baik, sehingga mendukung ketahanan sektoe eksternal. Transaksi berjalan triwulan II 2022 diprakirakan mengalami surplus, melanjutkan capaian surplus pada triwulan sebelumnya. 

Perkembangan ini didukung oleh berlanjutnya surplus neraca perdagangan seiring kinerja ekspor pada sebagian besar komoditas utama yang tetap kuat, di tengah peningkatan defisit neraca jasa seiring dengan meningkatnya jasa transportasi perjalanan ke luar negeri. 

Sementara itu, aliran masuk modal asing ke pasar keuangan domestik mencatat net inflows sebesar 1,5 miliar dolar AS pada triwulan II 2022 hingga 21 Juni 2022 di tengah peningkatan ketidakpastian pasar keuangan global. 

Posisi cadangan devisa Indonesia akhir Mei 2022 tercatat sebesar 135,6 miliar dolar AS, setara dengan pembiayaan 6,8 bulan impor atau 6,6 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor. 

Kinerja NPI pada 2022 akan tetap terjaga dengan defisit transaksi berjalan yang tetap rendah dalam kisaran 0,5-1,3% dari PDB terutama ditopang oleh harga komoditas global yang tetap tinggi. 

Kinerja NPI tersebut juga didukung neraca transaksi modal dan finansial yang diprakirakan tetap surplus meski lebih rendah dari prakiraan sebelumnya, di tengah penanaman modal asing (PMA) yang tetap kuat sejalan dengan iklim investasi dalam negeri yang terjaga.