Lambat Antisipasi Kelangkaan Jadi Alasan Pemerintah Impor 280 Ribu Ton Jagung

Pemerintah mengimpor jagung kering untuk bahan baku pakan ternak dalam tiga tahap sebanyak total 280.000 ton dari bulan Desember hingga Januari lalu - (foto by cnbcindonesia)

CELEBESMEDIA.ID, Jakarta - Pemerintah terlambat dalam mengantisipasi kelangkaan jagung di tingkat peternak di semester-II tahun lalu. Hal tersebut diakui oleh Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian.

Dilansir CELEBESMEDIA.ID dari CNBCIndonesia, kondisi itu akhirnya berujung pada kebijakan jagung">impor jagung kering untuk bahan baku pakan ternak dalam tiga tahap sebanyak total 280.000 ton dari bulan Desember hingga Januari lalu.

"Kemarin kita agak kurang dalam mengukur kebutuhan jagung industri [peternakan] kecil dan menengah. Seharusnya saat paceklik kita sudah mampu mengukur bahwa produksi kita hanya sekian dan kita butuh dalam tiga bulan ke depan dari mana saja," ujar Deputi Koordinasi Pangan dan Pertanian Kemenko Perekonomian Musdhalifah Machmud dalam diskusi di kantor Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Jakarta, Kamis (14/2/2019).

Musdhalifah menjelaskan, pemerintah lebih ketat mengatur importasi jagung dalam beberapa tahun terakhir dengan harapan bisa memperluas tanaman jagung petani untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. 

"Tapi kemudian kita lihat ada hal-hal yang tidak terukur, mungkin pendataan kita kurang tersistem dengan baik, sehingga kita terlambat mengukur kekurangan saat masa paceklik. Akhirnya kita baru melakukan pencukupan kebutuhan peternak pada saat-saat akhir," jelasnya.


Ke depan, dia mengaku pemerintah perlu memperbaiki data dan sistem informasi tanaman jagung, terutama produksi dan konsumsi secara lebih detail serta pola distribusi yang optimal antara sentra produksi jagung di luar pulau Jawa dengan sentra peternakan di pulau Jawa. 

"Sebetulnya di 2017 gejolaknya tidak terlalu banyak. Ini terjadi di 2018 karena mungkin excess data kita kurang sinkron antara produksi dan kebutuhan pada saat paceklik. Kita perlu mengukur produsen dan konsumen jagung ini dengan lebih detail," kata Musdhalifah.

"Kalau kita lihat, di Jawa masih banyak yang belum mendapat jagung, tapi di Sumatra Utara sekarang panen raya besar. Kemana jagung itu pergi? Mungkin memang industri kita menyerap besar sekali dan ini perlu kita antisipasi lebih baik lagi ke depan," tambahnya.