Nilai Tukar Petani Sulsel Membaik Saat Cuaca Buruk dan Banjir Menerjang
CELEBESMEDIA.ID, Makassar - Nilai Tukar Petani Sulawesi Selatan membaik pada bulan Desember 2021, ketika cuaca ekstrem melanda, hujan deras dan banjir menerjang areal pertanian.
Biasanya, pada musim hujan, apalagi diiringi cuaca ekstrem, banjir menerjang secara meluas, lahan tanaman pertanian petani pun jadi korban.
Selain itu, petani pun sering mengalami kesulitan memasarkan hasil produksinya karena banjir biasanya memutus akses angkutan dari sentra produksi ke kota dalam beberapa hari. Dalam kondisi begitu, harga komoditas petani anjlok, namun harga di tingkat konsumen melambung karena tersendatnya pasokan.
Menurut data yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) Sulsel, dikutip Selasa (4/1/2022), nilai tukar petani (NTP) membaik pada Desember 2021.
NTP Gabungan sebesar 100,37 atau naik 0,50 persen dibandingkan dengan NTP Bulan November 2021 sebesar 99,87.
Ini pertama kalinya NTP di atas 100 walaupun selisih angkanya sangat tipis. Terakhir kali NTP di atas 100 tercatat pada November 2019.
Angka 100 merupakan indeksasi. Jika NTP di bawah 100, maknanya hasil penjualan produksi petani lebih rendah dibanding indeks harga yang dibelanjakan petani untuk memenuhi kebutuhan hidup dan proses produksinya.
Artinya, dua tahun lamanya NTP selalu di bawah 100 alias tekor. Ibarat pepatah, besar pasak daripada tiang. Pengeluaran mereka lebih besar dibandingkan pendapatan hasil jual produksi pertaniannya.
Sebaliknya jika NTP di atas 100 berarti indeks harga penjualan produk petani lebih tinggi dibanding indeks harga pengeluaran petani.
Kendati NTP gabungan membaik, tetapi subsektor Tanaman Pangan (NTPP) masih parah karena tetap di bawah 100. Tercatat sebesar 93,79.
Sementara subsektor Tanaman Hortikultura (NTPH) sebesar 105,45; Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat (NTPR) sebesar 117,66; Subsektor Peternakan (NTPT) sebesar 98,89; dan Subsektor Perikanan (NTNP) sebesar 107,60.
Pada Bulan Desember 2021, dua dari lima subsektor Nilai Tukar Petani (NTP) mengalami penurunan yaitu Subsektor Tanaman Hortikultura dan Subsektor Peternakan, yaitu masing-masing turun sebesar 0,37 persen dan 0,85 persen.