Neraca Pedagangan RI Kembali Surplus USD3,26 Miliar Periode September 2024
CELEBESMEDIA.ID, Makassar - Neraca perdagangan Indonesia kembali mengalami surplus sebesar USD3,26 miliar periode September 2024.
Capaian tersebut memperpanjang tren surplus neraca perdagangan Indonesia menjadi 53 bulan secara berturut-turut sejak Mei 2020.
Sebelumnya tecatat dalam data Badan Pusat Statistik (BPS), neraca perdangan Indonesia pada September 2020 sebesar USD2,44 miliar. Pada September 2021 surplus USD4,37 miliar, periode selanjutnya September 2022 sebesar USD4,99 miliar dan pada September 2023 surplus USD3,40 miliar. Akumulasi surplus tercatat mencapai USD21,98 miliar.
Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu mengatakan bahwa konsistensi tren surplus tersebut membuktikan daya tahan ekonomi Indonesia di tengah stagnasi ekonomi global.
“Hal tersebut juga mencerminkan ekonomi kita yang berorientasi pada penciptaan nilai tambah menunjukkan hasil positif. Tentunya hal ini menjadi modal yang baik untuk masa yang akan datang,” kata Kepala BKF mengutip laman resmi Kementerian Keuangan RI, Jumat (18/10).
Kementerian Keuangan memproyeksikan pada triwulan III 2024, ekonomi Indonesia masih akan tumbuh di atas 5,0 persen di tengah tantangan ekonomi global.
“Pemerintah akan terus memantau dampak perlambatan global terhadap ekspor nasional, serta menyiapkan langkah-langkah antisipasi melalui dorongan terhadap keberlanjutan hilirisasi sumber daya alam, peningkatan daya saing produk ekspor nasional, serta diversifikasi mitra dagang utama,” ujar Kepala BKF.
Ekspor - Impor
Aktivitas ekspor Indonesia pada September 2024 masih tercatat sebesar USD22,08 miliar di tengah tekanan Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur global yang masih terkontraksi 48,8 pada September 2024. Kondisi tersebut ditopang oleh peningkatan ekspor nonmigas sebesar 8,13 persen (year on year/yoy).
Secara sektoral, pertumbuhan terbesar pada sektor pertanian sebesar 38,76 persen (yoy), diikuti sektor pertambangan dan lainnya sebesar 9,03 persen (yoy), dan juga sektor industri pengolahan sebesar 7,11 persen (yoy). Tiongkok, Amerika Serikat, dan Jepang tetap menjadi negara mitra utama dengan kontribusi ketiganya sebesar 43,57 persen terhadap total ekspor nonmigas Indonesia. Secara kumulatif, total ekspor pada periode Januari hingga September 2024 tercatat mencapai USD192,85 miliar.
Sementara impor bulan September 2024 tercatat sebesar USD18,82 miliar atau naik 8,55 persen (yoy). Kenaikan impor tersebut didorong oleh kenaikan impor nonmigas sebesar 16,29 persen (yoy) di tengah penurunan impor migas sebesar 24,04 persen (yoy). Kenaikan tertinggi terjadi pada impor barang modal sebesar 18,44 persen (yoy), disusul oleh impor barang konsumsi sebesar 11,30 persen (yoy) dan bahan baku penolong sebesar 5,87 persen (yoy).
Penyumbang terbesar impor nonmigas adalah komoditas plastik dan barang dari plastik, mesin/peralatan mekanis, dan mesin/perlengkapan elektrik dengan kontribusi ketiganya sebesar 31,38 persen terhadap total impor nonmigas. Secara kumulatif dari Januari hingga September 2024, nilai impor Indonesia tercatat mencapai USD170,87 miliar.