KOLOM ANDI SURUJI : Golf, Simpul Ekonomi Daerah yang Perlu Diurai

Dalam benak dan pikiran banyak kalangan, golf adalah
olahraga mahal dan ekslusif. Golf dituding hanya permainannya orang tua yang
rela menghabiskan banyak waktu bermain di lapangan.
Itu benar, walaupun tidak sepenuhnya. Patut digarisbawahi,
lapangan golf juga arena negosiasi bisnis yang tidak kalah produktifnya
dibandingkan rapat bisnis yang menghabiskan waktu lama di ruang-ruang
berpendingin udara.
Tidak sedikit negosiasi bisnis bernilai besar yang mencapai
kesepakatan di lapangan golf. Banyak kebuntuan negosiasi dapat terurai di
lapangan golf.
Kini saatnya memandang golf dari sisi lain. Ya tidak lagi
sekadar olahraga hobi dan kesenangan orang tua belaka. Golf musti diteropong
secara jeli sebagai salah satu simpul bisnis yang perlu diurai menjadi
sumbu-sumbu untuk menyalakan perekomian daerah yang lebih terang.
Betapa tidak. Luar biasa Gober (golf bersama) seri-8 yang
digelar Makassar Golf Community, di Lapangan Golf Baddoka, Sabtu 20 April 2019.
Peminatnya mencapai 165 pegolf dari berbagai daerah. Ada
yang dari Kalimantan, Jawa Barat, Jawa Timur, Jakarta dan Banten, serta daerah
lainnya.
Padahal, baru dua minggu lalu salah satu turnamen terbuka
digelar Celebes Media dan harian Tribun Timur. Organisasi notaris juga akan
membuat turnamen skala nasional di Makassar sehubungan dengan Kongres
nasionalnya.
Animo ini harus ditangkap oleh pemerintah daerah Sulsel dan
Kota Makassar sebagai peluang yang menjanjikan harapan besar untuk menggairahkan
bisnis dan ekonomi daerah.
Kolaborasi antara pemerintah daerah, Pengurus Daerah
Persatuan Golf Indonesia, Perhimpunan Hotel dan Restoran dan kalangan bisnis
dan profesi lainnya, mutlak bersinergi kuat.
Dunia kini bergerak menuju sharing economy, sharing
business, yang semakin kuat. Kerja kolaboratif, sinergi dan silaturrahim,
adalah suatu keniscayaan. Siapa yang tidak masuk rantai jaringan itu, mereka
bakal tertinggal, bahkan tergilas zaman.
Birokrat juga sudah harus berjiwa enterpreneurial.
Berkolaborasi dengan swasta menciptakan peluang bisnis dan menangkap momentum
yang terjadi, mendinamisir perekonomian untuk menggerakkan ekonomi. Ujungnya,
meningkatkan pendapatan daerah, langsung maupun melalui usaha partikelir.
Pemerintah melalui dinas pariwisata misalnya, sudah harus
memiliki turnamen golf yang merupakan agenda tahunan dalam kalender kegiatan pariwisata,
bisnis dan investasi.
Kolaborasi produktif dengan stakeholder golf dan bisnis, kepariwisataan,
mutlak diperkuat, sehingga golf menjadi sarana bersama untuk mencapai tujuan
masing-masing maupun benefit bersama.
Istilah sekali merengkuh dayung, dua tiga pulau terlampaui
pas. Sekali menggelar turnamen golf, banyak urusan dapat diselesaikan dan
mencapai multi benefit.
PHRI misalnya, jangan hanya mengeluh meminta pemerintah
menurunkan harga tiket pesawat yang melambung tinggi. Bahwa salah satu alasan
menurunnya tingkat hunian hotel adalah melonjaknya harga tiket, sehingga
masyarakat menahan diri untuk pelisiran.
Menyalakan lilin lebih baik daripada menangisi kegelapan.
Dengan berkolaborasi menggelar turnamen golf, dunia kepariwisataan daerah bisa
bergairah, termasuk tingkat hunian hotel.
Salah satu dasar argumentasinya, adalah pengalaman rumah
makan. Jika ada even nasional yang digelar di Makasar barang dua tiga hari,
maka omset rumah makan melonjak pula. Tentu hal yang sama pasti dirasakan kalagan
perhotelan dan restoran.
Dapat dibayangkan, jika pemprov Sulsel memiliki agenda tetap
turnamen golf berskala nasional tiga kali dalam setahun dan sekali skala
regional atau sekalian turnamen berskala internasional.
Ajang tersebut digunakan untuk menjual potensi daerah,
peluang bisnis dan investasi, serta mempromosikan kepariwisataan daerah-daerah.
Pada titik ini, pemerintah kota dan kabupaten pemain utamanya.
Bukankah biaya marketingnya jauh lebih murah, ketimbang
misalnya membawa “rombongan sirkus” atas nama promosi daerah ke luar negeri dengan
hasil yang dipertanyakan?
Pola kerja lama itu benefitnya bagi perekonomian kecil,
kecuali anggota rombongan promosi yang menikmati jalan-jalan dengan biaya dari
pundi-pundi keuangan daerah?
Berubalah pola pikir dan pola kerja birokrat ke trek yang
lebih efisien biayanya dan efektif hasilnya. Come On...!