KOLOM ANDI SURUJI -Dalam Krisis pun Selalu Ada Peluang


CELEBESMedia.id, Makassar - Krisis ekonomi, krisis finansial, krisis geopolitik, bahkan sampai perang yang berkecamuk, selalu ada peluang meraup keuntungan. Orang yang berjiwa kesaudagaran akan melihat peluang itu dan meyakninya bisa melaksanakannya.

Saya pernah bertemu dengan seorang pengusaha, secara kebetulan. Dia mengaku punya bisnis di Libya. Padahal negara itu sedang dilanda perang. Apa tidak takut?

"Sudah risiko. Bisnis itu, apa pun dan di mana pun, selalu mengandung risiko. Tinggal kita mengkalkulasi besar kecilnya dan seberapa besar risiko yang dapat kita pikul," katanya.

Bukan saja di medan perang. Di saat krisis finansial, atau krisis nilai tukar mata uang suatu negara pun selalu ada peluang keuntungan yang bisa dipetik oleh seseorang yang mampu melihat peluang dan memikul risikonya. 

Contoh nyata, ketika nilai tukar rupiah terus merosot, banyak orang berteriak karena terjepit risiko selisih kurs dalam bisnisnya. Apalagi kalau tidak melindungi bisnisnya dari masalah kemerosotan nilai tukar (hedging-lindung nilai). 

Akan tetapi di balik krisis nilai tukar, juga ada orang yang bisa melihat peluang dan bisa meraup keuntungan besar. 

Contohnya, seseorang memiliki uang dollar AS yang dibeli ketika kurs Rp 13.000 per dollar AS. Nah ketika kurs naik terus sampai Rp 15.000, berarti selama jangka waktu sejak dari membelinya sudah mengantongi potensi keuntungan selisih kurs atas dollar miliknya sebesar Rp 2.000 per dollar. 

Lantas dikampanyekan aksi tukar dollar ke rupiah atas nama nasionalisme, menolong ekonomi. Semua orang ikut tukar dollar. Harapannya dollar turun lagi. 

Karena pemilik dollar yang banyak itu menukar dollar ke rupiah, maka seolah-olah jadilah mereka "pahlawan rupiah" dengan aksi heroismenya. 

Ah nanti dulu. Jangan-jangan si pahlawan rupiah itu, beraksi untuk menurunkan dollar demi kepentingan meraup keuntungan. Bagaimana bisa? Ya, bisa. Ketika dollar benar-benar turun kembali ke harga Rp 13.000 dia bisa membeli lagi dollar. 

Itu namanya merealisasikan potensi keuntungan. Tetapi dia kembali mengumpulkan dollar, seperti sebelum aksi tukar dollarnya.

Karena aksinya tekspos media, terkenallah  "si pahlawan rupiah" itu menyelamatkan ekonomi dan nilai tukar rupiah. Padahal, dia bisa melakukan hal serupa manakala terjadi gejolak kurs lagi. Begitu berulang karena dia memiliki sumber daya yang dapat diberdayakan.

Jadi tidak usah terlalu cepat terharu atau kagum pada cerita heroik orang melego dollar atau mata uang lainnya. Bisa jadi di balik aksinya itu memang ingin meraih keuntungan dengan berjubah "pahlawan rupiah". Modusnya meraup keuntungan dikemas heroik dengan citra penyelamatan rupiah.

Tags : Rupiah Dolar AS