KOLOM ANDI SURUJI : Kisah Bisnis antara Bosowa dan BNI

ANDAIKAN kepala cabang Bank BNI Pare-pare, Sulawesi Selatan, tidak berani mengambil risiko, tidak memiliki naluri bisnis yang tajam, cerita Bosowa mungkin lain. Tidak sebesar seperti sekarang ini.

Pendiri grup konglomerasi bisnis Bosowa, Aksa Mahmud, selalu mengungkapkan cerita itu pada setiap kesempatan ceramah motivasi dan inspirasi tentang kewirausahaan. Juga pada momen-momen tertentu, di lingkungan internal Bosowa. 

Pasalnya, sewaktu Aksa mendirikan Bosowa, awalnya CV Moneter, 47 tahun silam, tidak satu pun bank di Makassar yang mau memberikan kredit modal usaha. Tetapi takdir mempertemukan Aksa dengan Kepala Cabang BNI di Parepare, sekitar 160 kilometer dari Makassar.

Karena naluri bisnisnya yang tajam, disertai kemampuan memikul risiko yang kuat, sang Kepala cabang menyetujui proposal dan rencana bisnis Aksa. Mengucurlah kredit sebesar Rp 5 juta dari BNI ke Bosowa. Aksa mengakui kredit itulah yang memperkuat modal Bosowa sehingga dapat membangun, dan dapat menancapkan kaki-kaki bisnisnya, kemudian manajerial yang baik sehingga mampu melebarkan sayap-sayap bisnisnya.

"Jadi, bankir dan pengusaha itu harus begitu. Memiliki naluri, insting, bahwa oh ini bisnis yang prospeknya bagus, lalu mengambil risiko, membiayai usaha itu. Kalau tidak, itu bukan pebisnis, tapi birokrat," kata Aksa dalam suatu ceramah di Universitas Bosowa.

Sebagai catatan, majalah ekonomi, bisnis dan keuangan, Forbes, setiap tahun menempatkan Aksa Mahmud dan Bosowa di papan atas, kelompok Top 40, konglomerasi Indonesia.

Aksa selalu menekankan bahwa berwirausaha itu kadang-kadang memang harus disertai nekat sedikit. Tetapi harus punya perhitungan yang matang. Kalau sudah mengkalkulasi semua risiko, menentukan plan a plan b, ya sudah bismillah, serahkan kepala Allah untuk menentukan takdir dari ihtiar kita. 

"Saya kira takdir BNI dan Bosowa itu sehingga bertemu di Pare-pare, melalui saya dan kepala cabang itu. Bosowa berkembang, BNI pun semakin besar karena maju bersama mitra-mitranya yang dibiayai, diberikan modal usaha," ujar Aksa.

Di usia 74 tahun, 5 Juli 2020, BNI pun semakin besar, mantap memperkuat pondasi dan menjadi salah satu power house perekonomian Indonesia.

Dengan segala perjuangan, jatuh bangun, timbul tenggelam, seiring pasang surut perekonomian Indonesia, seperti itu pula irama kehidupan Bosowa. Berkali-kali dihantam badai tetapi Bosowa tetap tegak menatap masa depan.

Bahkan, Bosowa menjadi satu dari sangat sedikit konglomerasi bisnis Indonesia, yang sahamnya masih tetap dipertahankan oleh pendiri dan keluarganya. Tidak dikuasai asing sebagaimana banyak perusahaan lainnya. 

"Negara harus punya bendera nasional, di bisnis pun begitu, ada perusahaan yang mengibarkan bendera nasional. Kita bercita-cita Bosowa seperti itu," kata Aksa suatu ketika.

Bosowa tidak alergi asing. Tetapi, kalaupun Bosowa bermitra dengan perusahaan asing tidak di perusahaan yang telah eksis, tetapi pada perusahaan yang diakuisisi atau perusahaan yang baru dirikan bersama mitra asing.

Gelombang penguasaan asing pada perusahaan-perusahaan nasional, usaha yang dibangun putra-putra Indonesia, terjadi ketika krisis multidimensi (ekonomi, sosial, politik) 1998 yang berdampak jatuhnya Presiden Soeharto.

Ketika itu pengusaha-penguasaha Indonesia yang nonpri, hampir semua minggat, menetap di luar negeri. Memunggungi Ibu pertiwi. Bahkan banyak tudingan bahwa mereka melarikan sebagian besar asetnya ke luar negeri. 

Bosowa tidak. Tetap berpijak di bumi pertiwi, menantang badai, dan selamat dari amukan badai. "Mau ke mana?. Pengalaman saya, berkali-kali perekonomian Indonesia, tentu juga bisnis, dihantam badai. Kita menghadapi kesusahan itu, kita tampakkan muka kepada mitra bisnis, kreditor. Seperti juga BNI. Kita sama-sama mengatasi kesusahan kita," ujar Aksa.

Boleh jadi, akan banyak orang heran ketika masuk lobi Menara Bosowa, salah satu landmark di Kota Makassar, kelahiran Bosowa. Di lobi itu, tidak ada merek Bosowa. Hanya ada foto Aksa dan istri Ramlah Aksa yang berukuran besar. Tetapi kiri-kanan terpampang besar-besar merek BNI. Bank ini memiliki tiga lantai di menara itu.

Itulah salah satu penghargaan Aksa dan Bosowa kepada BNI. Sebagaimana sifatnya yang dikenal luas, Aksa selalu menempatkan mitranya di posisi terbaik, walaupun ia harus bergeser sedikit ke belakang atau ke samping.