MakassarKepergianmu tiba-tiba menghadap kekasihmu Yang Maha Abadi, meninggalkan banyak kenangan. Semakin saya berusaha mengenalmu, terasa semakin banyak saya  tidak tahu tentangmu.

Ternyata engkau seorang anak manusia yang multi dimensi. Engkau seorang yang patut diteladani. 

Walau menjabat presiden, mungkin tersingkat di dunia, tetapi meninggalkan banyak kenangan tak terlupakan. Engkau mengajarkan kebebasan, sehingga digelar bapak demokrasi. 

Engkau pelopor teknologi dirgantara, sampai digelar bapak teknologi. Engkau bisa mengangkat nilai rupiah dari kiris ekonomi 15 juta rupiah per dollar AS menjadi yang terendah, 6.500  rupiah per dollar, hingga pantas digelar penyelamat bangsa. 

Ketika pertanggungjabanmu ditolak di MPR, engkau ikhlas menerimanya, tidak ada ekspresi sedikit pun untuk memaksakan diri ingin mencalonkan kembali jadi presiden, walau banyak tokoh berharap. 

Engkau pun punya cita-cita besar agar Indonesia maju ke depan, memiliki SDM handal dengan mengirim para pemuda belajar di luar negeri.

Aku pun tahu, hidupmu cukup  senang di luar negeri, tetapi rela kembali ke tanah air demi mengabdi membangun bangsamu, sehingga pantas jika engkau mendapat gelar patriot dan nasionalis sejati. 

Pada saat pers dalam pembredelan masa sebelummu, engkau membalik situasi dengan memberi kebebasan pers, pembebasan tahanan. 

Engkau seorang muslim moderat yang taat menjalangkan kewajiban agama, engkau pun aktif sebagai Ketua Umum cendekiawan Islam, tetapi tetap tolerans pada agama lain, bersahabat dengan Frans Magnis Suseno, seorang penganut Katolik yang taat.

Engkau seorang cerdas yang genius dan keimananmu tidak diragukan, sehingga sebayak orang mengenalmu, berotak Jerman dan berhati Mekah. 

Engkau pun dikenang agar bangsamu menyeimbangkan kedalaman imtak (iman dan takwa) dan keluasan iptek (ilmu pengetahuan dan teknologi) engkau juga memperkenalkan cinta abadi yang dikenal Ainun-Hababie seperti kisah cinta abadi Mumtaz Mahal dan Syah Jehan yang kasih sayangnya sampai titik akhir dan kuburannya berdampingan di Taj Mahal banyak. 

Inilah sebagian kecil kenangan yang begitu berlimpah dan jika dituangkan dalam tulisan, sepertinya air sumur tak pernah habis-habisnya ditimba.

Dari seorang yang mencintaimu,

Prof Dr Ahmad M Sewang MA (Guru Besar UIN Alauddin Makassar)

Tags : BJ Habibie opini