Merawat Kemabruran Puasa (21): Dari Takut ke Taqawa

Menteri Agama Prof. Dr. KH Nasaruddin Umar, MA - (foto by instagram/@nasaruddin_umar)

Oleh: Menteri Agama Prof. Dr. KH Nasaruddin Umar, MA

BAHASA Arab terkadang sulit dicari padanan terjemahannya di dalam bahasa Indonesia. Banyak bahasa Arab Alquran yang terpaksa diterjemahkan dengan kata aslinya, karena tidak dijumpai padanannya yang tepat di dalam kamus bahasa Indonesia. 

Salahsatu di antaranya ialah kata taqwa. Kata taqwa berasal dari akar kata waqa-yaqi berarti memelihara seseorang dari bahaya atau kesakitan, kemudian membentuk kata tawaqqa yang bisa diartikan dengan “takut”.

Kata taqwa tidak bisa diartikan dengan takut karena mungkin tingkat kebenarannya hanya 35 %, terutama jika dihubungkan dengan Allah SWT. Dalam firman Allah SWT disebutkan: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.”(Q.S. Ali ‘Imran/3:102). Kata ittaqullah diartikan bertakwalah kepada Allah, tidak diterjemahkan takutlah kepada Allah.

Taqwa dalam bahasa Arab merupakan kombinasi antara rasa takut yang sangat kuat, rasa cinta yang sangat dalam, dan rasa segan yang amat tinggi. Kalau diartikan taqwa dengan takut maka unsur cinta dan segannya hilang, padahal itu juga merupakan unsur penting dalam taqwa.

​Ilustrasinya seperti anak kecil terhadap ibu dan bapaknya. Seorang anak pasti sangat mencintai ibu dan bapaknya, tetapi pada sisi lain ia juga sangat takut dan segan terhadapnya. Sang anak pasti sangat takut pada orang tuanya karena segalanya masih tergantung pada keduanya. Namun sang anak juga sangat mencintai kedua orangtuanya karena dialah yang menjadi tumpuan cinta kasihnya. 

Pada saat bersamaan juga ia sangat respek dan segan terhadapnya karena segala keperluannya masih disuplai oleh kedua orang tuanya. Tidak heran kalau dalam kitab-kitab tasawuf sering dikatakan bahwa latihan untuk takut, cinta, dan respek terhadap Allah SWT ialah takut, cinta, dan respek pada kedua orang tua. Sulit dibayangkan seseorang akan mencintai Tuhannya sementara orang tua yang secara visual memenuhi seluruh keperluannya tidak ia cintai. Latihan mencintai Tuhan ialah mencintai orang tua.

Dalam Al-Qur’an disebutkan: “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. (Q.S. al-Isra’/17: 23).

Dalam ayat di atas ketaatan terhadap orang tua didempetkan dengan pengabdian kepada Allah SWT. Ayat di atas seolah menafikan kebaikan terhadap Tuhan tanpa kebaikan kepada kedua orang tua. Dalam hadis disebutkan: “Ridho Tuhan terletak pada ridho kedua orang tua”. Dengan kata lain, jika ingin melihat tersenyum atau sedih buatlah orangtuanya senang atau marah. Kata bertaqwa kepada Tuhan artinya takut, cinta, dan seganlah kepada Tuhan.

Artikel ini telah ditayangkan Tribun Timur, Edisi 21 Maret 2025