Sejarah G30S PKI: Pengkhianatan Terbesar dalam Sejarah Indonesia
G30S PKI adalah singkatan dari Gerakan 30 September yang dilakukan oleh Partai Komunis Indonesia (PKI).
Peristiwa ini merupakan salah satu pengkhianatan terbesar yang pernah terjadi dalam sejarah Indonesia, karena melibatkan pembunuhan terhadap enam perwira tinggi militer dan satu perwira menengah, serta upaya kudeta terhadap pemerintahan Presiden Soekarno.
Latar Belakang G30S PKI
PKI adalah partai politik yang berhaluan komunis, yang didirikan pada tahun 1920 oleh Henk Sneevliet, seorang sosialis Belanda.
PKI sempat menjadi partai besar dan berpengaruh di Indonesia, terutama setelah kemerdekaan. Pada pemilu tahun 1955, PKI meraih 16,4 persen suara dan menempati posisi keempat setelah PNI, Masyumi, dan NU.
PKI juga mendapat dukungan dari Presiden Soekarno, yang mengusung konsep Nasakom, yaitu perpaduan antara nasionalisme, agama, dan komunisme.
Namun, PKI juga mendapat tentangan dari banyak pihak, terutama militer, yang khawatir dengan ancaman komunisme.
PKI juga terlibat dalam beberapa konflik bersenjata, seperti Pemberontakan Madiun tahun 1948 dan Pemberontakan PRRI/Permesta tahun 1958.
Pada tahun 1960-an, PKI semakin berani dan agresif dalam menyuarakan kepentingannya. PKI menuntut agar Presiden Soekarno membubarkan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan membentuk Majelis Nasional Rakyat Sementara (MPRS), yang didominasi oleh anggota PKI.
PKI juga mendesak agar Presiden Soekarno mengeluarkan Dekret Presiden, yang memberikan kekuasaan absolut kepada Presiden Soekarno dan PKI.
PKI juga melakukan kampanye untuk menghapuskan peran militer dalam politik, dengan slogan “Tentara ke Markas, Politik ke Parlemen”.
PKI juga mendukung gerakan-gerakan rakyat, seperti Gerakan Mahasiswa, Gerakan Buruh, Gerakan Tani, dan Gerakan Wanita, yang menuntut perubahan sosial dan ekonomi.
PKI juga berusaha mempengaruhi organisasi-organisasi massa, seperti Pemuda Rakyat, Barisan Tani Indonesia, Lembaga Kebudayaan Rakyat, dan Gerwani.
Rencana dan Pelaksanaan G30S PKI
Pada tahun 1965, PKI merencanakan sebuah gerakan rahasia yang bertujuan untuk menggulingkan pemerintahan Presiden Soekarno dan mengubah Indonesia menjadi negara komunis.
Gerakan ini dipimpin oleh DN Aidit, yang saat itu adalah ketua umum PKI. Gerakan ini juga melibatkan sebagian anggota Pasukan Pengawal Presiden (Paspampres) atau Cakrabirawa, yang dipimpin oleh Letkol Untung.
Gerakan ini mengincar enam perwira tinggi militer, yaitu Jenderal Ahmad Yani (Menteri/Panglima Angkatan Darat), Mayjen Suprapto (Kepala Staf Angkatan Darat), Mayjen MT Haryono (Kepala Staf Umum Angkatan Darat), Mayjen S Parman (Kepala Badan Pusat Intelijen Angkatan Darat), Brigjen DI Panjaitan (Asisten I Menteri/Panglima Angkatan Darat), dan Brigjen Sutoyo Siswomiharjo (Kepala Pusat Kesenjataan Angkatan Darat).
Selain itu, gerakan ini juga mengincar satu perwira menengah, yaitu Letkol KKO Pierre Tendean (Ajudan Jenderal Nasution).
Pada malam tanggal 30 September 1965, sekitar pukul 22.00, pasukan Cakrabirawa yang tergabung dalam Gerakan 30 September mulai bergerak menuju rumah-rumah para perwira tinggi militer.
Mereka membawa senjata dan kendaraan yang dicuri dari markas Cakrabirawa. Mereka juga membawa surat perintah dari Presiden Soekarno, yang ternyata palsu.
Pada dini hari tanggal 1 Oktober 1965, sekitar pukul 04.00, pasukan Cakrabirawa berhasil membunuh Jenderal Ahmad Yani, Mayjen Suprapto, Mayjen MT Haryono, Mayjen S Parman, Brigjen DI Panjaitan, dan Brigjen Sutoyo Siswomiharjo di rumah masing-masing.
Mereka kemudian menculik jenazah-jenazah para perwira tersebut dan membawanya ke Lubang Buaya, sebuah bekas pangkalan udara Jepang di Jakarta Timur.
Sementara itu, Jenderal Nasution, yang saat itu adalah Menteri/Panglima Angkatan Bersenjata, berhasil lolos dari upaya penculikan.
Namun, ajudannya, Letkol KKO Pierre Tendean, tertangkap dan dibawa ke Lubang Buaya.
Di sana, jenazah-jenazah para perwira tinggi militer dan Letkol KKO Pierre Tendean disiksa dan dimutilasi oleh anggota PKI dan Gerwani, sebuah organisasi wanita yang berafiliasi dengan PKI.
Pada pagi hari tanggal 1 Oktober 1965, sekitar pukul 07.00, pasukan Cakrabirawa menguasai stasiun radio RRI di Jakarta dan menyebarkan siaran yang menyatakan bahwa mereka adalah Dewan Revolusi, yang dipimpin oleh Letkol Untung.
Mereka juga menyatakan bahwa mereka telah menyelamatkan Presiden Soekarno dari upaya kudeta oleh Dewan Jenderal, yang merupakan kelompok perwira tinggi militer yang anti-komunis.
Mereka juga menyatakan bahwa mereka telah membentuk sebuah pemerintahan revolusioner yang pro-komunis.
Seperti itulah sejarah kelam di Indonesia tentang G30S PKI, semoga bermanfaat !!***