Merawat Kemabruran Puasa (27): Dari Wirid ke Warid
8.jpeg)
Oleh: Menteri Agama Prof. Dr. KH Nasaruddin Umar, MA
WIRID dan warid berasal dari akar kata yang sama, yaitu warada-yaridu, berarti menemukan. Wirid dibedakan dan zikir. Zikir adalah amalan berupa penyebutan atau mengingat nama-nama Allah SWT.
Pengertian seperti ini sama dengan wirid. Hanya bedanya, wirid sudah diatur jumlah, jenis bacaan, metode, dan waktu pembacaannya.
Wirid adalah amalan hati dan yang secara telaten dilakukan seorang arifin di dalam mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Sedangkan warid adalah efek atau bekas yang tertinggal di dalam bentuk suasana batin dan karakter setelah secara rutin mengamalkan wirid.
Dengan demikian, sulit membayangkan adanya warid tanpa adanya wirid yang diamalkan secara rutin. Warid adalah sesuatu yang datang dari hati berupa bisikan-bisikan yang terpuji, kemudian melahirkan ketenangan batin.
Kehadirannya bukan karena disengaja tetapi lebih merupakan anugrah Allah SWT. Jika seseorang telah melakukan dosa maka biasanya akan melahirkan kegelisahan dan rasa serba salah, yang dampaknya dapat dibaca oleh orang lain. Sebaliknya warid adalah suasana ketenangan dan kejernihan batin yang dirasakan seseorang sebagai efek dari amalan zikir dan wirid.
Ibnu 'Athaillah mengatakan: “Jangan kita menganggap rendah hamba yang memiliki wirid dan ibadah tertentu, karena keduanya memiliki kedudukan yang mulia di sisi Allah.” Ia menambahkan: “Jika engkau melihat seorang hamba yang ditetapkan oleh Allah dalam menjaga wiridnya, dan dilanggengkan-Nya dalam keadaan demikian, namun lama ia tidak mendapatkan pertolongan-Nya, maka jangan sampai engkau meremehkan apa yang Allah telah berikan itu kepadanya, hanya karena engkau belum melihat tanda-tanda orang ‘arif ataupun cahaya indah seorang pencinta Allah pada diri hamba itu. Kalaulah bukan karunia berupa warid, tentu tidak akan ada wirid.”
Warid pengertiannya lebih umum daripada khawatir (bisikan) karena khawatir hanya khusus dalam bentuk informasi, pesan-pesan, bisikan, inspirasi atau apa yang terkandung dalam suatu makna. Warid bisa berupa kehadiran kesenangan, kelapangan (basth), dan berbagai rasa yang terkandung dalam suatu makna.
Warid merupakan pemberian Allah yang berupa petunjuk, cahaya ilahi, kesenangan dalam beribadah. Allah SWT memberi warid untuk menyelamatkanmu dari cengkeraman dunia dan membebaskanmu dari pada diperbudak oleh makhluk apapun. Untuk melepaskan diri hamba dari sifat-sifat wujud yang terbatas untuk kemudian menyaksikan kebesaran Allah SWT yang tidak terbatas, sehingga bisa melupakan yang selain-Nya.
Allah SWT memberi warid untuk melepaskanmu dari penjara wujud ke alam syuhud (penyaksian).
Orang-orang yang sudah memperoleh warid dengan sendirinya orang itu memilki kepribadian zuhud, dalam arti tidak lagi akan didikte oleh kepentingan dunia.
n untuk memilki dirinya sendiri tanpa tergantung kepada kekuatan makhluk. Baginya, cukup dengan kasih-sayang Allah SWT. Warid sudah menjadi semacam cahaya Tuhan (Nur Allah) yang memantul dalikan diri dalam batin dan pikirannya, sehingga kekuatan itu menjadi prisai terhadap berbagai kemungkaran.
Kalaupun mereka tergelincir maka secepatnya ia akan mengendalikan diri, kembali ke jalan yang benar atau yang lebih benar. Warid tidak perlu dicari tetapi akan datang dengan sendirinya ketika amalan dan komitmen wirid dan zikir hamba-Nya betul-betul dijalankan secara konsisten. Berbahagialah orang yang memelihara zikir dan wiridnya.
Artikel ini telah ditayangkan Tribun Timur, Edisi 27 Maret 2025