Stunting dan Risikonya terhadap Penyakit TBC pada Anak: Perlu Diwaspadai dan Diperhatikan!

Hubungan Stunting dan TBC (Foto: freepik.com/@jcomp)

CELEBESMEDIA.ID, Makassar - Stunting adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan yang sering dialami oleh anak-anak.

Kondisi ini dapat disebabkan oleh gizi buruk, infeksi berulang, dan kurangnya stimulasi psikososial yang optimal.

Anak-anak yang mengalami stunting rentan terkena berbagai penyakit, salah satunya adalah tuberkulosis atau TBC yang menular akibat bakteri Mycobacterium tuberculosis.

Biasanya, penyakit ini menyerang paru-paru, tetapi juga dapat menyerang organ tubuh lainnya, termasuk tulang.

Dalam sebuah laporan dari media daring nasional, Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia, Piprim Basarah Yanuarso, menyebutkan bahwa sebagian anak-anak di Indonesia mengalami stunting. Bahkan, 1 dari 4 anak Indonesia atau sekitar 24 persen mengalami stunting.

Anak yang mengalami stunting umumnya memiliki tinggi badan yang pendek dan ukuran tubuh yang kecil. Mereka juga mengalami malnutrisi kronis.

Stunting terjadi ketika anak kekurangan asam amino, yang biasanya didapatkan dari konsumsi protein hewani. Jika anak mengalami stunting, artinya asam amino yang diperolehnya sangat rendah.

Terkait keyakinan bahwa anak yang mengalami stunting lebih rentan terkena TBC, hal ini ternyata benar.

Stunting adalah gangguan gizi kronis yang dapat mempengaruhi anak. Oleh karena itu, ada hubungan erat antara stunting dan TBC.

Kekurangan gizi atau malnutrisi menjadi salah satu faktor risiko penyakit tuberkulosis. Ketika seorang anak mengalami gangguan gizi, sistem kekebalan tubuhnya juga terganggu.

Akibatnya, tubuh anak yang mengalami stunting menjadi lemah dan lebih mudah terserang infeksi.

Untuk mencegah TBC pada anak yang mengalami stunting, langkah yang penting adalah memeriksakan pertumbuhan dan berat badan anak secara rutin.

Stunting pada anak masih dapat diperbaiki sebelum usia dua tahun. Selain itu, anak-anak juga berisiko lebih tinggi tertular TBC jika tinggal bersama dengan orang yang menderita TBC dalam satu rumah.

Oleh karena itu, penting bagi orang tua anak yang mengalami stunting untuk secara rutin memeriksakan kondisi kesehatan mereka. TBC dapat bersifat laten, tanpa menunjukkan gejala.

Jika ada anak atau orang tua yang telah terdiagnosis TBC aktif, pengobatan harus segera dilakukan.

Pengobatan akan melibatkan konsumsi sejumlah obat selama 6 hingga 12 bulan. Penting untuk mengikuti semua petunjuk pengobatan, bahkan jika pengidap TBC sudah merasa sembuh.

Jika obat tidak dikonsumsi sesuai anjuran dokter, pengidap TBC yang semula merasa baik dapat kembali sakit.

Dengan memahami hubungan antara stunting dan TBC serta mengambil langkah-langkah pencegahan yang tepat, kita dapat melindungi anak-anak dari risiko TBC dan membantu mereka tumbuh dengan sehat dan berkembang optimal.

Perhatian yang cermat terhadap pertumbuhan, gizi, dan kesehatan anak sangat penting untuk memastikan generasi mendatang yang kuat dan berdaya.***