Memahami Anak Berkebutuhan Khusus Melalui Syahrul
CELEBESMEDIA.ID, Makassar - Akhir November 2019 yang panas
di Makassar. Meski masih terbilang pagi yaitu Pukul 09.00 Wita, tapi suhu di
Makassar cukup membuat dahi berkerut dan enggan beraktivitas di luar ruangan.
Suhunya hampir mencapai 37 derajat celcius. Mendung kerap kali muncul, namun
hujan sepertinya masih malu-malu menampakkan diri di kota ini.
Pada waktu itu juga, guru Sekolah Luar Biasa (SLB) Syahrul
Hakim (26) berjalan keluar untuk berbagi perihal kesibukannya sebagai seorang
pengajar siswa berkebutuhan khusus. Syahrul ditemui di sekolah tempatnya
mengajar yang berada di area di Kelurahan Bulurokeng, Kecamatan Biringkanaya.
Jaraknya sekitar 14 km dari pusat kota, dan membutuhkan
waktu sekitar satu jam untuk menjangkaunya. Daerah sekolahnya cukup membuat
bingung. Syahrul keluar menggunakan setelan seragam hitam putih; kemeja putih,
bawahan hitam.
Pemuda yang baru mengakhiri masa lajang pada Agustus 2019
itu menyambut dengan senyumnya yang ramah. Logat khas Makassarnya sangat
kental. Sebelum memulai obrolan, Syahrul menutup pelajaran lalu mengantar siswanya
hingga ke gerbang sekolah.
"Beginilah aktivitas sehari-hari saya sebagai pengajar
siswa berkebutuhan khusus," kata Syahrul membuka percakapan.
Suami dari Nuzul Fitriani ini bercerita, dirinya menjadi
seorang pengajar SLB sejak 2015 silam. Profesi ini sesuai dengan latar belakang
pendidikannya yaitu Strata Satu (S1) jurusan Pendidikan Luar Biasa di
Universitas Negeri Makassar. Status Syahrul di SLB tempatnya mengajar masih
sebagai guru sukarelawan dengan gaji Rp300 ribu per bulan.
Meski cenderung minim, tapi gaji itu sangat disyukuri
Syahrul. "Saya beruntung karena ada sekolah yang mau menggunakan jasa
saya, apalagi profesi ini sesuai dengan disiplin ilmu kuliah saya dulu, yaitu
guru Pendidikan Luar Biasa," tuturnya.
Menurutnya, gaji yang layak tentu sangat diinginkannya, tapi
yang utama baginya adalah kesempatan untuk mengaktualisasikan ilmu yang
didapatnya semasa kuliah. "Sekolah ini adalah wadah bagi saya untuk
menerapkan ilmu yang didapatkan di kampus dulu. Ilmu yang saya terapkan tiap
hari bagi siswa dan selalu diulang-ulang, Insya Allah akan awet. Jadi saya
tidak pernah berpikir untuk menyerah sebagai guru meski dengan gaji sangat
sedikit," tutur anak sulung dari tiga bersaudara.
Di tengah keterbatasan penghasilan sebagai guru sukarelawan,
Syahrul merasa sangat beruntung bisa bergabung sebagai mitra pengemudi
GrabBike. Penghasilannya sebagai pengemudi GrabBike mencapai Rp3 juta sebulan,
dan ia tetap bisa menjalani profesinya sebagai guru.
"Manfaat yang sangat saya rasakan sebagai mitra
GrabBike adalah waktu kerjanya yang fleksibel. Di sekolah pukul 08.00 dan
selesai pukul 12.00, setelah itu bisa open trip. Jadi tak ada yang saya
tinggalkan, antara passion sebagai guru maupun kesempatan untuk mendapatkan
penghasilan yang cukup," ujar Syahrul bersemangat.
Dalam menjalani pekerjaan sebagai pengemudi GrabBike,
Syahrul juga kerap membahas perihal anak berkebutuhan khusus kepada mitra dan
teman sesama pengemudi ojek online. "Saya sering berbicang dengan
pelanggan, berusaha bersikap ramah kepada mereka. Itu cara saya untuk
memberikan pelayanan yang baik. Sering dalam obrolan itu akhirnya saya
mengungkapkan profesi saya yang lain sebagai guru SLB, saya pun memberikan
pemahaman kepada mitra tentang sikap menghadapi anak berkebutuhan khusus dan
juga mengajak pelanggan untuk tidak menggunakan istilah autis dalam candaan,
karena selain orangtua dari anak berkebutuhan khusus, itu sangat melukai kami
juga sebagai guru SLB," ungkapnya.
Syahrul juga mengisahkan saat diajak oleh temannya menjadi
mitra pengemudi Grab tahun 2017 silam, Syahrul khawatir akan menemui kesulitan.
Meski sudah sarjana dan paham teknologi, tapi belum tahu seluk beluk Grab. Ada
muncul rasa takut. Takut tersesat dan lainnya.
“Dulu kan belum paham sistem kerja Grab. Tapi ternyata,
teknologinya sangat mumpuni, pokoknya semua jadi mudah. Misalnya, GrabChat
dengan fitur foto dan pesan suara, dan juga penyamaran nomor telepon supaya
pengemudi dan penumpang merasa aman. Semuanya sudah disiapkan buat kita.
Sisanya hanya kemauan. Asal kita mau, pasti selalu jalannya mudah,"
sambungnya.
Profesi Syahrul sebagai "tukang ojek" mitra
pengemudi GrabBike acap kali mendapat cibiran dari orang di sekitarnya. Namun
Syahrul tak pernah gentar dan tetap bersemangat dalam menjalaninya. "Ada
banyak yang nyinyir dengan pekerjaan saya sebagai tukang ojek, sementara saya
kan sarjana. Saya sih tidak masalah yang penting pekerjaan ini sangat menolong
kehidupan saya dan juga halal," ucapnya.
Penghasilan dari pekerjaan sebagai pengemudi GrabBike juga
membantu Syahrul untuk mempersunting wanita idamannya. Sebagian dari modalnya
untuk menikah adalah hasil jerih payahnya di Grab.
"Kita sebagai anak muda tidak boleh menyia-nyiakan
peluang, Grab memberikan peluang untuk berpenghasilan yang layak, harus
dimanfaatkan," terangnya.
Syahrul juga memiliki catatan sejarah sebagai salah satu
pendiri komunitas ojek online yang telah mendapatkan pengakuan resmi dari Grab,
yaitu Komunitas Lintas Sudiang (KLS). Awalnya Syahrul tak ada niat sama sekali
untuk berkomunitas. Tapi temannya meyakinkannya dengan menjelaskan tentang
manfaat dari berkomunitas, khususnya bagi tukang ojek online.
Komunitas itu pun dirasakan manfaatnya bagi Syahrul dan
pengemudi ojek online pada umumnya, khususnya yang melintasi kawasan Sudiang.
"Saya sangat senang, meski tukang ojek tapi persatuannya sangat kuat.
Anggota komunitas ini saling menolong saat ada yang kesusahan. Misalnya, ada
yang motornya mogok, kekurangan modal untuk membayar pesanan, atau ada yang
tertimpa musibah, pasti anggota komunitas bergotong royong untuk mengulurkan
bantuan," jelas Syahrul.
Sebelum menutup obrolan, Syahrul menyampaikan harapannya
agar Grab tetap eksis di Indonesia dan ikut membantu perekonomian masyarakat.
"Saya berdoa agar Grab semakin berkembang, memberikan ruang untuk meraup
penghasilan bagi orang seperti saya," imbuhnya.
Syahrul merupakan satu dari lima juta wirausahawan mikro
yang tergabung dalam ekosistem Grab di Indonesia. Berdasarkan temuan riset,
Tenggara Strategics dan CSIS mengestimasi bahwa Grab berkontribusi sebesar Rp
4,2 triliun ke perekonomian kota Makassar pada tahun 2018 melalui empat lini
usahanya.
GrabCar merupakan kontributor terbesar yang memberikan
kontribusi Rp 1,92 triliun. Kontributor kedua adalah GrabBike dengan Rp 1,85
triliun. Selanjutnya adalah GrabFood dengan kontribusi sebesar Rp 379 miliar.
Dan GrabKios (KUDO) melalui jaringan agennya menciptakan kontribusi ekonomi
sebesar Rp 43 miliar.