Asistensi Bea Cukai Tingkatkan Ekspor UMKM
CELEBESMEDIA.ID, Makassar - Tahun 2019 jumlah usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di Indonesia yang terdaftar sebanyak 64 juta unit. Sementara usaha besar terdata sekitar 5.600.
Hal itu diungkapkan Kabid Fasilitas Kanwil Bea Cukai Sulbagsel Gatot Hartono saat menjadi pembicara dalam talkshow spesial dialog bertema "Peran Asistensi Bea dan Cukai dalam Peningkatan Ekspor UMKM" di Celebes TV dikutip CELEBESMEDIA.ID Jumat (1/7/2022).
Kemudian, kata Gatot di 2020 berdasarkan survei dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) menempatkan Indonesia sebagai negara dengan UMKM terpadat dari 135
"Jadi perbandingannya itu setiap 1000 orang terdapat dari 50 UMKM. Kemudian 2021 data yang tercatat di Kementrian Perekonomian dan UMKM itu jumlah tenaga kerja yang diserap UMKM sebanyak 97 persen dengan kontrubusi terhadap produk sebesar 57 persen. Jadi dengan data-data itu kita bisa melihat bahwa UMKM itu begitu penting," ujarnya.
Gatot menjelaskan penyerapan jumlah tenaga kerja yang begitu besar bagi pemerintah menjadi salah satu cara untuk memajukan atau menjadi solusi untuk memajukan kesejahteraan masyarakat.
Apalagi beberapa tahun lalu di saat krisis ekonomi tahun 1998, dimasa-masa sulit seperti itupun UMKM ternyata masih tetap eksis. Ditambah lagi pada saat awal 2020 saat pandemi Covid-19 muncul, pemerintah fokus dengan UMKM.
"Tahun 2020-2021 itu program pemulihan ekonomi yang berkaitan langsung dengan UMKM itu luar biasa besar karena itu tadi UMKM menyerap tenaga kerjanya sangat besar 97 persen. UMKM yang menggeliat itu bisa membangkitkan atau menggerakan ekonomi yang lebih besar," tandasnya.
Sementara Kepala Kantor Bea Cukai Makassar Andhi Pramono mengatakan mengapa UMKM ini perlu dikembangkan sebab menurutnya pemerintah mempunyai kewajiban bahwa negara itu harus hadir ditengah-tengah masyarakat.
"Itu yang paling utama dan kita lihat UMKM ini adalah bagian paling bawah dari republik ini yang mereka berjuang tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan ekonominya tapi juga sebagai penggerak dan pendorong perekonomian nasional," bebernya.
Jika melihat data dalam pergerakan ekspor nasional, lanjut Andhi, pelaku UMKM itu baru bisa mencapai kurang lebih 16 persen. Sedangkan 84 persennya itu dijalankan oleh industri besar.
"Sehingga melihat potensi UMKM di sini (Indonesia) harus benar-benar dimaksimalkan karena UMKM kita itu adalah terbanyak di dunia dan mereka adalah pejuang-pejuang hebat baik itu dari IRT, anak muda, nelayan, petani dan pedagang lainnya," paparnya.
Andhi menuturkan UMKM di Indonesia harus diperhatikan karena masih banyak sisi-sisi yang harus ditingkatkan untuk orienstasinya yang lebih baik lagi kedepan.
"Ekspor kita kurang lebih 16 persen jadi artinya banyak peluang di sini yang bisa kita hadir untuk bisa mendorong UMKM untuk menghasilkan produk yang lebih unggul dan bisa mengenalkan di pasar dunia. Namun yang paling penting UMKM kita harus melek ditigal, IT," pungkasnya
Disisi lain, kata Andhi, pihaknya juga juga bisa mengenalkan dengan solusi pembiayaan yang murah dengan perbankkan sehingga UMKM ini bisa menjadi salah satu solusi tidak hanya dimiliki oleh pengusaha-pengusaha atau industri rumah tangga tapi juga sekarang sudah banyak mahasiswa yang beregerak di bidang itu.
Sehingga disinilah negara harus hadir dan UMKM jadi bagian penting yang harus diperhatikan, tidak boleh dipandang sebelah mata
"Indonesia dari sabang sampai merauke. Terutama di Sulsel ini tuhan memberi banyak karunia hasil alam. Apa yang tidak ada? Kalau kita bicara cokelat. Swiss - Belgia itu negara pengahasil cekelat itu omong kosong. Semuanya berasal dari Sulsel. Ekspornya dari Makassar," tutur Andhi.
Laporan : Darsil Yahya