Perubahan Iklim, Ancaman Nyata Bagi Ketahanan Pangan

CELEBESMEDIA.ID, Makassar - Perubahan iklim dan kerusakan lingkungan menjadi ancaman serius. Berbagai dampak bencana alam hidrometeorologi kini mulai terasa, seperti siklon tropis, banjir, banjir bandang hingga tanah longsor.
Bila tak ada rencana aksi, fenomena itu akan semakin mengancam ketahanan pangan yang bisa berdampak pada kelangsungan hidup manusia.
Di Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan misalnya, dampak atas perubahan iklim dalam sektor pertanian dan peternakan sudah cukup terasa.
"Kita rasakan betul itu pak, perubahan iklim ini sangat mengancam tanaman kami, terutama padi dan ternak karena cuaca yang tidak menentu," kata Kepala Desa Ulu Ada'e Kecamatan Ponre, Asira Rasyid disela-sela acara Walanae Festival di Makassar, Kamis (01/12/2022).
Jika sekitar tahun 2010 kata Asira, 12 desa yang berada di sepanjang bantaran Sungai Walanae bisa memanen padi hingga dua kali setahun, namun akibat siklon kini panennya tinggal sekali setahun.
"Jadi bukan saja padi pak, ternak juga banyak dijual sama pemilik, karena tidak tumbuh rumput. Kita tidak bisa prediksi itu kapan hujan. Kalau dulu itu, kita tau bulan begini musim hujan, bulan sekian kemarau, jadi kita tau," tambahnya
Sebagai rencana aksi, 38 Peneliti Muda yang tergabung dalam Inkubator Peneliti Muda Landscape (IPML) diterjunkan ke 12 desa itu untuk melakukan penelitian atas dampak perubahan iklim terhadap produktivitas pertanian selama tiga bulan dari bulan Juli - September 2022.
Koordinator Provinsi Land4Lives untuk Sulawesi Selatan Muhammad Syahrir mengatakan tujuan dengan adanya kegiatan ini untuk mendorong generasi muda tertarik ikut terlibat dalam dunia penelitian.
Hasil penelitian itu kemudian ditampilkan dalam Walanae Festival di Makassar, Kamis (01/12/2022). "Di program Land4Lives ICRAF kan lembaga penelitian, jadi basicnya penelitian aksi. Tidak hanya berakhir dalam bentuk dokumen tapi ada aksi setelah penelitian ini," ujar Syahrir.
Festival Walanae merupakan tahapan akhir dari project IPML Sulsel. Dimana kegiatan ini menampilkan temuan awal lapangan terkait sumber penghidupan, tutupan lahan, dan sistem usaha tani terkhusus pada kawasan sepanjang DAS Walanae, Kabupaten Bone.
"Hasil penelitian bisa ditampilkan bukan hanya bentuk dokumen tapi dikemas menarik," sambungan.
Lebih lanjut, Syahrir menyebut dengan adanya IPML ini untuk peningkatan kapasitas generasi muda dalam mempersiapkan fokus mereka pada isu lingkungan.
"Kami latih mereka, tingkatkan kapasitas sehingga mereka peduli terhadap perubahan iklim, ketahanan pangan, dan isu kesetaraan gender," pungkasnya.
Adapun 12 desa yang berada di Daerah Aliran Sungai Walanae, Kabupaten Bone menjadi prioritas dalam proyek Sustainable Landscapes For Climate-Resilient Livelihoods in Indonesia atau Land4Lives, yang dilakukan oleh International Center Research Agroforestry (ICRAF).