Prof Idrus Ingatkan Urgensi Akurasi Data Kasus Positif Covid-19

CELEBESMEDIA.ID, Makassar - Prof Idrus Paturusi yang konsen pada penanganan bencana mengingatkan semua pihak untuk meningkatkan akurasi data dalam pelaporan kasus positif COVID-19

"Jangan main-main soal data. Jangan karena mau pencitraan, zona hijau, lantas mengabaikan akurasi data," ujar mantan Rektor Unhas ini, Selasa (6/7/2021). 

Akurasi data, katanya, diperlukan untuk mengambil langkah penanganan yang cepat dan terukur, serta antisipasi yang diperlukan jika kasus positif terus meningkat. Terutama bagi penderita yang memerlukan penanganan di rumah sakit. 

Prof Idrus mengemukakan itu dalam percakapan dengan CELEBESMEDIA.ID dan Tribun Timur di Makassar. Ia mengaku semakin cermat mengamati data laporan laboratorium yang melaksanakan pemeriksaan spesimen, baik hasil tes antigen maupun PCR. 

"Saya menemukan adanya selisih yang signifikan antara laporan lab dan laporan publikasi Satgas COVID-19 Sulsel. Laporan Lab lebih besar," ungkapnya. 

Sebagai referensi, laporan yang dapat diketahui masyarakat adalah angka dan data yang dipublikasikan Satgas. Sementara data lab tidak dipublikasi, kecuali kepada lembaga tertentu. 

Menurut data Lab, kata Prof Idrus, untuk tanggal 5 Juli 2021 misalnya, positivity rate atau rasio antara yang positif terhadap jumlah sampel yang diperiksa sudah tinggi mencapai 28 persen. Artinya, dari 100 orang yang diperiksa, terdapat 28 kasus positif. 

"Dan trennya itu semakin meningkat dari hari ke hari. Ini yang membuat kita harus waspada dan tidak lengah supaya kita bisa mengambil langkah cepat dan terukur jika saja kapasitas rumah sakit tidak lagi mampu menampung pasien. Apalagi sekarang tidak ada lagi Wisata Covid untuk isolasi," katanya.

Langkah-langkah antisipasi yang dimaksud Prof Idrus, antara lain tempat perawatan pasien, ketersediaan peralatan yang dibutuhkan, sampai pada suplai oksigen dan tabungnya. 

"Kita lihat siaran TV dan berita-berita betapa keteterannya penyediaan oksigen dan tabungnya sampai masyarakat berebutan. Nah kita perlu data akurat lalu melihat tren sehingga kita punya referensi untuk mengambil langkah antisipasi yang tepat," ujarnya.