Pasar Butung Dari Masa ke Masa
CELEBESMEDIA.ID, Makassar - Sebagai destinasi wisata, Makassar tak hanya menjadi lokasi untuk wisata kuliner, namun ada destinasi lain yang membuat wisatawan selalu tertarik datang ke Makassar.
Salah satunya adalah mendatangi pusat perbelanjaan grosir terbesar yang ada di Indonesia Timur, yakni Pasar Butung. Berlokasi di Jalan Pasar Butung, Kecamatan Wajo, Makassar, pasar ini sangat ramai dikunjungi oleh pengunjung setiap harinya.
Pasar Butung adalah pasar tertua yang terdapat di Kota Makassar, dahulu pasar ini merupakan pasar tradisional pada umumnya. Saat itu, komoditas yang diperjualbelikan di Pasar Butung ini berupa sayur-mayur, buah-buahan, dan kebutuhan rumah tangga lainnya.
Menurut salah seorang pedagang pakaian yang sudah berjualan selama 20 tahun mengatakan diperkirakan komoditi yang dijual pada saat itu berasal dari daerah sekitar Makassar, termasuk dari Takalar, mengingat saat itu terdapat jalur kereta api yang menghubungkan Makassar dan Takalar.
“Mungkin hanya sebagian orang yang mengetahui, setidaknya tahun 1922 hingga tahun 1930 dahulu di Kota Makassar, tepatnya di Pasar Butung saat itu beroperasi kereta api yang melayani rute Makassar – Takalar. Makanya lokasi ini dijadikan pasar tradisional karena lokasi yang strategis,” ujar Hj. Nirma kepada CELEBESMEDIA.ID, Sabtu (01/12/2018).
Namun, saat ini baik stasiun dan rel kereta api itu sudah tidak ada. Sudah sekian kali terjadi perubahan bentuk bangunan. Kini pasar Butung juga bukan lagi pasar basah yang menjual sayur mayur, ikan segar, dan segala kebutuhan pangan warga kota. Bangunannya kini serupa Pusat Perbelanjaan (Department Store) berlantai lima.
Menurut sejarah, Pasar Butung ini pertamakali dibangun dan diresmikan oleh Walikota Makassar berkebangsan Belanda bernama J.E. Dambrink pada tahun 1917.
Nama yang disematkan pada saat itu ialah Passer Boetoeng, terletak di sekitaran Templestraat (Jalan Sulawesi sekarang), Passerstraat (Jalan Nusantara sekarang), dan Roembia Weg (Jalan Tentara Pelajar sekarang).
Konon katanya, penamaan Boeteong untuk pasar ini dikarenakan daerah sekitar pasar tersebut dihuni oleh orang-orang Buton yang keberadaannya sudah terekam sejak Perjanjian Bungaya tahun 1667 diteken Sultan Hasanuddin.
Ditemui ditempat yang sama, tukang parkir yang juga sudah puluhan tahun bekerja di lokasi ini mengatakan ketika Malik B. Masri menjadi Walikota Makassar, pasar ini direvitalisasi atau diremajakan.
“Tempat ini kan jadi saksi peristiwa penyerangan tentara Jepang terhadap kedudukan Belanda di Makassar tahun 1942 kalau tidak salah. Bangunan asli Pasar Butung dirobohkan dan didirikan bangunan baru di lokasi yang sama. Pembangunan ulang pasar tersebut memakan waktu sejak tahun 1995 sampai 2002,” jelasnya.
Dari hasil pantauan CELEBESMEDIA.ID saat ini pasar Butung
sudah berupa tenant-tenant yang tertata, suasana belanja yang cukup nyaman
karena dilengkapin pendingin ruangan. Serta adanya fasilitas eksalator yag
menghubungkan lantai satu dan lainnya. Tenant tersebut berisi jualan pakaian,
aksesori, sepatu, makanan dan keperluan lainnya.