JEJAK ULAMA (9): KH Daud Ismail
CELEBESMEDIA.ID, Makassar – KH Daud Ismail pernah diramal seorang buta bahwa ia tak bisa menjadi ulama.
Ramalan itu justru melipatgandakan kegigihannya menuntut ilmu agama hingga dikenal sebagai sosok ulama ahli tafsir.
Daud Ismail menjadi tokoh penting dalam pengembangan dakwah yang berpusat di Sengkang, Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan, sepeninggal gurunya, KH Muhammad As’ad.
Dialah arsitek pemberian nama Pesantren As’adiyah Sengkang, yang sebelumnya bernama Madrasah Arabiyah Islamiyah (MAI).
Cucu Daud Ismail, Taslim Basri, mengungkapkan, kakeknya belajar langsung ke KH Muhammad As’ad selama 12 tahun. Dia tergolong santri yang cerdas. Tak heran, jika Kyai As’ad berwasiat agar kepemimpinannya di Madrasah Arabiyah Islamiyah yang didirikannya, agar diteruskan oleh Daud Ismail.
“Sebelum meninggal, wasiat Anregurutta Kyai As’ad yang pertama adalah supaya ketika disalatkan nanti yang memimpin atau yang menjadi imam adalah Haji Ismail. Yang kedua, Anregurutta Kyai As’ad ketika sebelum wafat, beliau mengatakan Daud, Daud, Daud, yang memerintahkan kepada menyampaikan kepada muridnya bahwa Daud lah nanti yang akan memimpin pesantren. Dan beliaulah (KH Daud Ismail) yang memberikan nama As’adiyah yang sebelumnya Madrasah Arabiyah Islamiyah,” jelas Taslim Basri, yang saat ini menjadi Pimpinan Pesantren Yasrib Soppeng.
Pesantren Yasrib Soppeng adalah pesantren yang didirikan KH Daud Ismail. Setelah selesai memimpin Pondok Pesantren As’adiyah Sengkang selama 8 tahun, Daud Ismail, memang pulang kampung ke Soppeng dan mendirikan pesantren.
Generasi kedua kepemimpinan Pesantren Yasrib Soppeng dipegang KH. Basri Daud, putra KH Daud Ismail. Saat ini, Pimpinan Pesantren Yasrib adalah KH Taslim Basri, putra KH Basri Daud.
KH Daud Ismail dikenal sebagai ulama lemah lembut dan bersahaja. Beberapa karyanya yang monumental antara lain Kitab Al-Munir, tafsir Al-Quran berbahasa Bugis yang ditulis dalam aksara Lontara. Dia juga dikenal sebagai ahli tafsir dan berkontribusi besar dalam memberikan pemahaman agama yang sejuk di Sulawesi Selatan.
Peneliti utama Balitbang Kemenag Makassar, Prof. Hamdar Arraiyyah, mengatakan, KH Daud Ismail tergolong ulama dengan tradisi menulis yang bagus. Hobi menulisnya sudah dilakukan ketika masih menjadi santri di Sengkang.
Selain Tafsir Al-Munir, KH Daud Ismail juga mewariskan kitab khutbah-khutbah Jumatnya. “Tradisi menulis khutbah Jumat seperti ini harus dicontoh para khatib. Karena memang khutbah Jumat itu memiliki rukun tertentu, tidak sama seperti ceramah biasa,” kata Prof Hamdar.
Selengkapnya kisah tentang KH Daud Ismail dapat pembaca nonton dalam Program Jejak Ulama Sulsel, yang disiarkan Celebes TV, Selasa (14/5/2019) pukul 17.00 wita. Siaran streaming Celebes TV dapat diaksses melalui Celebesmedia.id, yang aplikasinya dapat diunduh melalui Play Store maupun Apps Store. (*)
Penulis : Muannas