Perjuangan Pendeta Melayani Jemaat di Antara Hutan Sawit

Pendeta Antonius / foto: ist

CELEBESMEDIA.ID, Morowali – Melayani umat sudah menjadi tanggung jawab gembala gereja ataupun pendeta. Walau ditempatkan di daerah terpencil pun, mereka siap menjalaninya.

Ini juga yang dilakoni Antonius. Setelah menyelesaikan pendidikan Theologia di STT Jaffrey Makassar, Antonius bergabung ke Gereja Kristen Indonesia (GKI). Ia pun ditempatkan melayani di GKI Jemaat Jemaat Masara, Desa Bimor Jaya, Kecamatan Petasia Timur, Kabupaten Morowali Utara, Sulawesi Tengah, sejak 2008 lalu sebagai gembala jemaat. Ia pun ditabiskan menjadi Pendeta beberapa bulan lalu di Palu.

Lokasi gereja ini berada di antara pohon-pohon sawit. Lokasinya pun jauh dari keramaian kota. Berjarak sekitar 32 km dari ibukota kecamatan atau 50 km dari ibukota kabupaten.

Jemaat di sana rata-rata adalah keluarga pekerja sawit. GKI Jemaat Masara melayani jemaat yang  berjumlah 26 KK atau 103 jiwa.

Sarana di sana pun terbilang minim. Akses jalan tidak mulus seperti di kota. Jalan di sana berbatu dan berlumpur. Jika hujan, maka jalanan akan sangat licin. Bahkan, akses jalan pernah terputus karena tertutup luapan sungai di sisi jalannya.

Selain itu, sarana komunikasi pun sangat terbatas. Untuk mendapatkan jaringan 2G saja, warga di desa tersebut biasanya ke lokasi yang agak tinggi sampai panjat pohon. Jika ada penting sekali, mereka terpaksa ke ibu kota kecamatan agar komunikasi telepon lancer.

Menjadi pelayan, tidak hanya diam dalam gereja. Pendeta Antonius berkali-kali mengunjungi rumah jemaatnya ataupun ke ibu kota kabupaten untuk berkoordinasi dengan GKI pusat. Untuk memudahkan transportasinya, karena tidak ada angkutan umum ke tempat itu, Pendeta Antonius mengandalkan sepeda motor.

“Saya harus pilih motor yang tangguh dan irit BBM. Akses jalan di sini jelek, berbatu, banyak lubang, dan berlumpur,” kata Pendeta Antonius, Sabtu (15/12/2018).

Untuk kendaraannya, Pendeta Antonius memilih Honda Vario. Ia membeli motor tersebut pertengahan 2014 lalu dan sampai saat ini masih setia menemaninya.

“Kita tahu bagaimana kualitas Honda. Apalagi kami ini tinggal di tempat yang jauh, jadi harus pilih yang irit bahan bakar. Selain  itu, saya pilih Vario karena bagasinya luas, jadi bisa menyimpan barang-barang di dalam saat dalam perjalanan,” katanya lagi.

Pendeta Antonius menambahkan, melayani umat tidak harus pilih lokasi. Ia pun bersyukur bisa menyebarkan Firman Tuhan kepada masyarakat di sana yang kebakayan dari Nusa Tenggara Timur ataupun Bali.