Aplikasi Dikemas, Permudah Wisatawan Mengenal Budaya Makassar
CELEBESMEDIA.ID, Makassar – Dinas Kebudayaan Kota Makassar mengemas
sosialiasasi budaya Makassar secara digital. Hal ini dimaksudkan agar budaya Makassar
lebih mudah untuk dipromosikan kepada wisatwan baik lokal maupun
mancanegara.
Salah satu upaya digitalisasi budaya Kota Makassar dengan
hadirnya aplikasi Dikemas yang dibuat Pemerintah Kota Makassar. Aplikasi ini
nantinya akan memudahkan para wisatwan untuk mengenal budaya Makassar. Mulai dari
cagar budayanya hingga suku dan tradisi di Kota Makassar.
Nama dari aplikasi Dikemas merupakan akronim dari Digitalisasi Kebudayaan
Makassar. Beberapa aplikasi dalam Dikemas ini diantaranya Parasanganta dan Appilajara.
“Sementara kita buat adalah Dikemas, Digitalisasi kota
Makassar. Jadi Dikemas ini di dalamnya ada beberapa aplikasi aplikasi salah
satunya parasanganta.” ujar Kadis Kebudayaan Kota Makassar, Andi Herfida Attas
yang dikutip dalam program Celebrate Makassar, Rabu (14/12/2022).
Tiap aplikasi dalam DIkemas ini memiliki fungsi yang
berbeda tetapi tujuannya sama yakni mempromosikan sekaligus melestarikan
budaya Makassar. Misalnya Aplikasi Parasanganta yang berfungsi untuk
mengenalkan cagar budaya serta tradisi di Kota Makassar.
“Parasangan ta’ ini akan memperkenalkan beberapa bangunan
bangunan yang ada dikota Makassar yang kita kenal dengan bangunan cagar budaya,”
katanya.
“Apa tradisi kota Makassar yang paling menarik, yang dapat
mengundang masyarakat untuk mengetahui banyak dan menjadikan orang-orang terinspirasi
di luar sana untuk datang ke kota Makassar? Atau tentang di Makassar ada empat
budaya yang dikenal dengan empat etnis, Dimana ada Toraja, Bugis, Mandar dan
Makassar,” lanjutnya.
Lain lagi aplikasi Appilaja yang fungsinya mengedukasi
tentang aksara Lontara yang merupakan aksara tradisional suku Bugis-Makassar.
“Sekarang banyak yang tidak mengenal huruf lontara karena
tidak adanya sosialisasi. Nah dengan demikian Dinas Kebudayaan dalam hal ini membuat satu aplikasi yan disebut appilajara,
aplikasi belajar Lontara,” lanjutnya.
Zaman bisa saja berubah ke arah yang kian modern namun, kata
Herfida, budaya harus tetap dilestarikan agar terus dikenal dari generasi ke
generasi.
“ Kita memang harus selalu mengikuti zaman, bukan berarti budaya tradisional dari zaman dulu harus terus diikuti, itu tidak. Karena kalau tidak mengikuti tekhnologi budaya kita akan tergerus. Sehingga kita memikirkan bahwa dengan era digital ini itu sangat bagus, dengan melestarikan budaya dengan digitalisasi ini, hal itu sangat luar biasa,” tutupnya.