KOLOM ANDI SURUJI : JK dan TNI AU
DALAM dua hari terakhir, foto dan video pelepasan pesawat
kepresidenan yang digunakan Wakil Presiden Jusuf Kalla oleh TNI-AU dengan water
salute di Lanud Adi Sutjipto, Yogyakarta, viral di media sosial.
Dua mobil pemadam yang berada di sisi kiri dan kanan pesawat
Wapres menyemprotkan air ke atas dan pesawat Wapres melintas di bawah konfigurasi
semprotan air tersebut.
Ada pula pengawalan pesawat tempur F-16 TNI AU kepada Wakil
Presiden Jusuf Kalla dalam penerbangan dari Lanud Adisutjipto Yogyakarta ke
Halim Perdanakusumah.
Bukan sekadar terbang pengawalan, di udara pilot pesawat
F-16 bahkan berkomunikasi langsung dengan Wapres yang berada di dalam pesawat
kepresidenan.
Mengharukan menyaksikan peristiwa ini. Secara simbolik,
tersirat dengan makna yang sangat dalam untuk menegaskan kecintaan TNI AU
kepada pemimpinnya, walaupun JK bukan militer.
Dalam suatu percakapan dengan salah seorang teman dari
kalangan militer, ia mengatakan Pak JK itu orang sipil yang lebih tentara dari
tentara, lebih militer dari militer.
Tentu saja penilaian tersebut dalam makna dan konotasi
positif. Pak JK dikenal banyak memberi perhatian terhadap problematika militer
dan solusinya. Ia mencari dan menyodorkan solusi dalam konteks ketahanan nasional
dan pertahanan bangsa.
Pak JK dikenal sebagai pemimpin yang kuat mendorong
pembangunan alat utama sistem pertahanan (alutsista) sehingga bangsa ini dengan
bangga mempersembahkan kendaraan panser Anoa.
Terkait masalah Angkatan Udara, Pak JK punya cerita heroik.
Ada satu masa pada periode pemerintahan SBY-JK (2004-2009), banyak pesawat
tempur, khususnya F-5 Tiger hanya parkir di hanggar. Burung besi itu cuma
ditonton masyarakat ketika pesawat penerbangan sipil melintas di lanud atau
bandara.
Berkat lobi dan strategi politik internasional Pak JK,
pemerintah Taiwan memberikan bantuan spare part pesawat tempur kepada
Indonesia, sehingga pesawat-pesawat tempur itu bisa terbang kembali menghiasi
angkasa, menjaga wilayah udara NKRI.
Tentu saja itu bukan cuma-cuma dan tanpa risiko. Sebab,
Indonesia dan Taiwan tidak memiliki hubungan diplomatik, karena menganut
politik One China Policy. Juga Indonesia masih kena embargo militer oleh AS.
Suatu ketika di tahun 2006, Presiden Taiwan Chen Shui Bian
akan transit di Bandara Ngurah Rai Denpasar untuk mengisi bahan bakar. Akan
tetapi, hal itu sulit dilakukan. Taiwan tidak memiliki hubungan diplomatik
dengan Indonesia.
Permohonan transit itu disampaikan melalui Alwi Hamu dan
sampai ke telinga Wapres. JK pun memutar otak dan mencari cara. Ia menyampaikan
hal itu kepada Presiden SBY. "Saya yang atur Pak. Bapak pura-pura saja
tidak tahu," kata JK kepada SBY, sebagaimana yang pernah diceritakan JK
kepada saya.
Ini contoh kepemimpinan yang sangat baik. Seorang wakil
kepala negara mengambil risiko, sehingga dialah yang disalahkan atas risiko
itu, bukan kepalanya.
Bagi JK, mengizinkan pesawat Presiden Taiwan transit mengisi
bahan bakar, bukan lagi urusan diplomatik, ada atau tidak ada hubungan
diplomatik. Akan tetapi ini menyangkut kemanusiaan, sesama hamba dan ciptaan
Tuhan.
Betapa bahayanya jika pesawat Presiden Taiwan kehabisan
bahan bakar di udara hanya karena tidak ada negara yang mengizinkan transit
mengisi bahan bakar. Bisa meledak pesawat itu, dan menimbulkan kontroversi
serta penyesalan yang berkepanjangan.
JK pun mengontak Panglima TNI, Panglima TNI AU, Menlu, agar
hal itu bisa terlaksana. Singkatnya, pesawat Presiden Taiwan dapat transit
mengisi bahan bakar atas "komando" JK.
Karena itu, Presiden Taiwan berterima kasih banyak kepada
Wapres JK dan bangsa Indonesia. Presiden Taiwan ingin membalas kebaikan JK dan
bangsa Indonesia itu.
Maka JK mengutus staf ahlinya, Alwi Hamu menemui Presiden
Taiwan. Pendeknya apa yang diinginkan JK akan diberikan oleh Presiden Taiwan.
Sikap kenegarawan JK lagi-lagi terbukti. Ia bukan menyebut
imbalan untuk dirinya atau fasilitas ekonomi bagi keluarganya. Ia hanya meminta
bantuan peralatan militer, terutama spare part pesawat tempur untuk TNI AU.
Diangkutlah secara bergelombang spare part itu ke Lanud
Iswahyudi Madiun. Pesawat angkut Taiwan itu harus tiba malam dan berangkat lagi
pulang sebelum matahari terbit.
Suatu ketika, hujan deras mengguyur sehingga penurunan
barang dari pesawat tersendat. Pesawat tidak boleh menginap agar misi rahasia
itu tidak ketahuan publik, sementara pesawat tidak bisa juga pulang karena
masih ada barang yang belum diturunkan.
JK tidak kehabisan akal. Atas perintahnya, jalan keluar yang
disodorkan masuk akal. Di tengah malam, pesawat Taiwan tersebut, terpaksa
diselimuti dengan terpal sehingga pada siang hari tidak kelihatan dan ketahuan
bahwa itu pesawat Taiwan.
Alhasil, satu skuadron yang terdiri 12 pesawat F-5 Tiger
milik TNI AU itu berhasil diterbangkan kembali dan memeriahkan upacara HUT TNI
5 Oktober 2007.
Itulah JK, pemimpin dengan kemampuan kepempinan yang kuat,
selalu menemukan jalan keluar permasalahan bangsa secara cerdas, logik, demi
tegaknya harkat dan martabat bangsa Indonesia yang berlandaskan pada
nilai-nilai kemanusiaan.
Pak JK mengukir prestasi dengan karya dan kinerja yang tak
diragukan sedikit pun. Dua kali menjabat Wakil Presiden dengan dua Presiden
yang berbeda, Susilo Bambang Yudhoyono dan Joko Widodo.
Selamat memasuki masa purna bakti Wapres. Spirit pengabdian
Pak JK pada bangsa, umat, dan kemanusiaan pasti takkan pernah padam, selama
hayat di kandung badan.