Pesan Penting dari WWF ke-10: dari 'The Next Oil' hingga 'Water Warrior'

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat RI Basuki Hadimuljono saat World Water Forum (WWF) ke-10, Selasa (21/5) - (foto by Antara)

CELEBESMEDIA.ID, Makassar -  Ungkapan no water no life, no growth (tanpa air tiada kehidupan, tiada pertumbuhan) menjadi tantangan dunia saat ini.

Diprediksi pada tahun 2050 kekeringan akan melanda dunia yang berdampak pada 500 juta petani kecil. Kenyataan lainnya yang lebih pelik mengungkapkan bahwa hanya 1 persen air di Bumi ini yang dapat diakses untuk dikonsumsi manusia.

Hal ini terungkap sealam World Water Forum (WWF) ke-10 di Bali, 18-25 Mei 2024.

Selain itu banyak sedikitnya air juga akan menjadi bencana jika tidak dikelola dengan baik.

Fakta -fakta inilah yang membawa pada sebuah kesimpulan bahwa air harus dikelola dengan sangat baik karena setiap tetesnya amat sangat berharga.

Dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) World Water Forum ke-10 itu, Presiden Joko widodo (Jokowi) menyerukan kepada para pemimpin dunia dan pemangku kepentingan global untuk memperkuat kolaborasi dalam mengelola sumber daya air secara berkelanjutan, demikian melansir laporan Antara, Rabu (22/5/2024).

Forum Air Dunia ke-10 itu juga sampai pada satu pembahasan penting terkait urgensi kolaborasi global dalam mengelola sumber daya air untuk menghadapi tantangan yang semakin kompleks di masa depan.

Pada konfrensi tingkat tinggi itu, Presiden Jokowi dalam sambutannya menggambarkan air sebagai the next oil, mengingat peran pentingnya dalam mendukung keberlanjutan ekonomi dan ekologi global.

Bahkan, Bank Dunia memperkirakan, kekurangan air bisa memperlambat pertumbuhan ekonomi hingga 6 persen sampai Tahun 2050.

Dalam forum internasional itu, Indonesia mendorong tiga hal secara konsisten dalam forum tersebut, yakni meningkatkan prinsip solidaritas dan inklusivitas, memberdayakan hydro-diplomacy yang konkret dan inovatif, serta memperkuat kepemimpinan politik dalam kerja sama internasional terkait air.

Indonesia juga mengusulkan empat inisiatif baru dalam forum tersebut, yakni penetapan World Lake Day, pendirian Center of Excellent di Asia Pasifik untuk ketahanan air dan iklim, tata kelola air berkelanjutan di negara pulau kecil, dan penggalangan proyek-proyek air.

Selain "the next oil", seruan Presiden World Water Council (WWC) Loic Fauchon yang mengajak masyarakat global untuk bersama-sama menyelamatkan Bumi dengan menjadi "water warrior" atau pejuang air sangat layak untuk diperhitungkan.

Melalui forum yang mengangkat tema "Water for Shared Prosperity" itu, Loic mengajak para pejuang air untuk menyepakati tujuh komitmen utama.

Pertama, mengajak para pejuang air untuk mempromosikan kebijakan keamanan air di seluruh dunia. Pejuang air dunia juga perlu meyakinkan bahwa ketahanan air memerlukan modifikasi dan perubahan perilaku. Pejuang air dunia perlu menyerukan kepada semua negara untuk menuliskan hak atas air dalam konstitusi nasional, undang-undang, dan peraturan daerah mereka.

Lebih lanjut, juga diserukan agar pejuang air ikut serta dalam sebuah koalisi untuk air yang akan dipresentasikan pada konferensi PBB berikutnya.

Koalisi tersebut mencakup komitmen penghapusan hutang atas air untuk negara-negara miskin.

Para pejuang air juga diminta untuk memastikan sebagian besar dana iklim dialokasikan untuk persoalan air, tak terkecuali air limbah.

Pejuang air dunia juga dapat menyerukan aksi-aksi untuk memastikan tata kelola air yang lebih baik.

Tata kelola berdasarkan kerja sama multilateral, yang juga penting untuk memperkuat aturan mediasi sungai, danau, dan daerah aliran sungai.

Inilah yang menjadi pesan penting dalam World Water Forum ke-10 di Bali. Mengajak dunia rehat sejenak mengambil jeda memikirkan betapa signifikannya air bagi kelangsungan kehidupan.