KOLOM ANDI SURUJI : Catatan untuk Calon Ketua Hipmi Makassar

PENGURUS Himpunan Pengusaha Muda Indonesia Indonesia (Hipmi) Makassar rencana menggelar musyawarah. Salah satu agendanya, memilih ketua baru untuk memimpin organisasi anak muda pengusaha itu.
Pemilihan ketua penting. Setidaknya, dua tugas dan tanggung jawab yang akan dipikulnya. Pertama, dialah yang akan menjadi motor, menggerakkan mesin organisasi menjadi lebih produktif. Kedua mendorong pengusaha muda untuk berkontribusi lebih besar bagi dunia usaha dan perekonomian Kota Makassar.
Pertama-tama, menggerakkan organisasi dan menjadikannya sebagai wahana berkumpul untuk belajar dan saling berbagi pengetahuan dan pengalaman bisnis bagi anak muda pengusaha.
Janganlah Hipmi berkelebat hanya jika ada musyawarah cabang, menebar pesona ke seantero kota dengan baliho dan spanduk pencitraan. Atau sibuk menjelang ikut musda maupun munas, tak ubahnya rombongan sirkus menuju arena pertunjukan dengan aneka macam asesori glamornya.
Hipmi harus dinamis terus bergerak, secara internal maupun eksternal. Begitu banyak anak muda kaum milenial di Makassar yang merintis usaha, bahkan mulai dari rumah. Tidak sedikit yang berusaha dari kamar-kamar kostnya.
Mereka itu harus menjadi sasaran HIPMI, karena chemistry yang cocok. Hipmi merangkul mereka, bukan sekadar untuk dicatat sebagai anggota, lalu diberi kartu anggota, seolah-olah pengurus sudah bekerja.
Jauh lebih penting dan benar-benar dirasakan manfaatnya, jika Hipmi menjadi laboratorium pembentukan watak pengusaha muda yang tangguh. Pengusaha yang tidak mudah menyerah, tidak tergiur jalan pintas menghalalkan segala cara.
Berani tampil beda untuk mengharamkan perilaku koruptif. Tidak mau terlibat praktek sogok-menyogok dan suap-menyuap untuk mendapatkan pekerjaan (proyek).
Hipmi harus punya blue book, atau road map penularan virus kewirausahaan bagi anak muda Kota Makassar sebagai jalan sukses. Sejarah mencatat dari Makassar lahir begitu banyak saudagar tangguh yang mampu membawa perusahaannya menjadi pemain nasional bahkan perekonomian global.
Sebut saja Aksa Mahmud dengan Bosowa. Pak Aksa juga pernah berhimpun di Hipmi. Bahkan putra Aksa Mahmud, Erwin Aksa yang melanjutkan kepemimpinan bisnis Aksa, juga pernah menjadi Ketua Umum BPP Hipmi.
Sebelum itu, sudah lebih dulu berkarya berkontribusi bagi pengembangan dunia usaha di daerah ini, yakni Jusuf Kalla. Bukan saja sukses melanjutkan dan mengembangkan bisnis keluarga dengan bendera Kalla, JK juga berhasil menjadi pemimpin negara dan bangsa, dua kali menjadi Wakil Presiden.
Di belakang generasi Aksa, ada Halim Kalla, Bachder Djohan, Peter Gosal, Idris Manggabarani dan lainnya.
Banyak tokoh pengusaha di daerah ini yang patut dijadikan patron, tempat untuk menimba ilmu, pengalaman berbisnis. Selain yang disebutkan di atas, ada Rusdin Abdullah, Rizal Tandiawan, Willianto Tanta, dan sederet saudagar Bugis-Makassar lainnya. Mereka pasti membuka pintu manakala Hipmi datang mengetuk untuk belajar.
Lain generasi lain pula tantangannya. Generasi kini menghadapi pertarungan global walaupun ia cuma pemain lokal. Teknologi informasi membentangkan hamparan peluang sekaligus tantangan bisnis.
Dengan aplikasi WhatsApp saja, seorang penjual sayur atau penjual ikan sudah bisa menghimpun pesanan langganannya di malam hari, untuk dibelanjakan di subuh dinihari di pasar-pasar tradisional, lalu diantarkan di pagi hari ke rumah langganan dalam keadaan segar.
Jangan pandang enteng bisnis online. Bukankah emak-emak yang cuma punya handphone butut sudah mampu bertransaksi jutaan rupiah sehari, hanya dengan berdaster di rumah? Tidak perlu modal mobil dan beraksesori barang branded.
Bermunculan start-up yang potensial, atau usaha kecil dan menengah di lorong-lorong sekalipun. Mereka membutuhkan pengetahuan manajerial yang baik untuk mengelola bisnisnya.
Organisasi Hipmi harus 'menangkap' mereka untuk dibantu naik kelas. Kita berasumsi dan berpretensi bahwa anak-anak Hipmi telah memiliki pengetahuan bisnis yang memadai. Setidaknya mereka lulusan strata sarjana. Bahkan banyak di antara mereka yang lulusan luar negeri.
Hipmi menjadi laboratorium pembentukan watak pengusaha tangguh bagi pengusaha pemula sehingga bisa naik kelas, menjadi pembayar pajak yang patuh, menciptakan lapangan kerja untuk mengatasi pengangguran, itu sudah tercatat sebagai kontribusi signifikan Hipmi untuk ekonomi Kota Makassar, bahkan perekonomian nasional.