Dihajar Inflasi, Bank Sentral AS Dongkrak Suku Bunga 0,75 Persen

Ilustrasi - (foto by Pexels)

CELEBESMEDIA.ID, Makassar - Bank sentral Amerika Serikat, Federal Reserve biasa disebut The Fed, mengumumkan memutuskan menaikkan suku bunga acuan cukup agresif, yakni 0,75 persen atau 75 basis poin, demi menekan laju inflasi.

Kenaikan suku bunga negeri Paman Sam pada Rabu (15/6) itu, tercatat sebagai kenaikan paling tinggi sejak November 1994.

Kebijakan suku bunga sebesar 0,75 persen ini membawa suku bunga The Fed dalam kisaran 1,5 persen dan 1,75 persen.

Walaupun kali ini kenaikan suku sudah tinggi, bunga The Fed diperkirakan akan terus berlanjut. Kenaikan suku bunga The Fed diperkirakan menjadi 3,4 persen pada akhir tahun.

Komite Pasar Terbuka atau Federal Open Market Committee (FOMC) sebagai pihak yang berwenang menetapkan kebijakan menegaskan kembali pihaknya tetap "berkomitmen kuat untuk mengembalikan inflasi ke target 2 persen".

Sebagaimana diberitakan sebelumnya, AS dihajar inflasi sangat tinggi yakni 8,6 persen pada Mei 2022 terhadap angka Mei 2021 (y-o-y). Angka inflasi tersebut merupakan yang tertinggi sejak Desember 1981. Inflasi ini didongkrak oleh kenaikan harga energi dan pangan akibat gangguan pasokan.

Anggota komite sekarang melihat tingkat akhir tahun sebesar 3,4 persen, naik dari proyeksi 1,9 persen pada Maret, menurut perkiraan median triwulanan.

Mengutip kantor berita AFP, CNN melaporkan bahwa Gubernur Bank Sentral AS atau Ketua The Fed, Jerome Powell, akan mengadakan konferensi pers setelah pertemuan untuk memberikan rincian lebih lanjut tentang rencana bank sentral AS tersebut menyusul kenaikan suku bunga tertinggi ini.

FOMC melihat efek invasi Rusia ke Ukraina "Menciptakan tekanan tambahan pada inflasi dan membebani aktivitas ekonomi global."

Peningkatan suku bunga ini bakal berdampak meninggikan biaya semua jenis pinjaman, termasuk hipotek, kartu kredit sampai cicilan mobil. Hal ini diprediksi bakal meredam permintaan dan aktivitas bisnis.

Inflasi di AS telah menjadi perhatian utama setelah ekonomi terbesar di dunia ini mengalami lonjakan inflasi.

Warga AS saat ini sedang mengalami kenaikan harga di mana-mana mulai dari barang di toko sampai bahan bakar. Konflik Rusia dan Ukraina yang sekarang berlangsung tekanan harga pada makanan dan energi sepertinya tak bakal mereda dalam waktu dekat.