Kupas Tuntas Nilai Budaya Bugis-Makassar Lewat 4 Tokoh Jusuf

Tangkapan Layar seminar nasional Unhas bertajuk Prinsip dan Karakter Bugis-Makassar: 4 Ethos, 4 Jusuf pada akun Youtube Tribun Timur

CELEBESMEDIA.ID, Makassar - Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar menggelar seminar internasional yang bertajuk ‘"Prinsip dan Karakter Bugis-Makassar: 4 Ethos, 4 Jusuf", Senin (02/09/2024). 

Kegiatan seminar ini mengupas tuntas karakter Bugis - Makassar melalui personifikasi empat tokoh besar tanah Sulawesi Selatan, yaitu Syeikh Jusuf Al-Makassary (1626-1699), Jenderal M Jusuf (1928-2004), Baharuddin Jusuf Habibie (1936-2019) dan M Jusuf Kalla

Keempat tokoh Jusuf tersebutlah yang melatarbelakangi kegiatan seminar internasional ini, pasalnya tokoh-tokoh ini dianggap mempresentasikan nilai-nilai luhur dan budaya Bugis-Makassar yang relevan di era modern. 

Rektor Unhas Jamaluddin Jompa, menyebut seminar ini menjadi Pembeda dan magnum opus (Seni/Karya) dari dies-dies natalis kampus Perguruan Tinggi Berbadan Hukum (PTBH) terbesar di Indonesia Timur.

“ Sebagai ilmuan dan peneliti, saya ingin sampaikan seminar ini pertama kali, dan belum pernah ada lembaga dan peneliti yang mengulasnya melalui persefektif persona 4 tokoh besar ini, ” ucap Prof Jompa dengan bangga dalam sambutannya sebagaimana yang disiarkan live streamig melalui akun YouTube Tribun Timur.

Acara yang berlangsung di Unhas Hotel & Convention ini dihadiri oleh berbagai pakar, termasuk Prof. Dr. Anhar Gonggong, M.A., yang membahas pengaruh Syeikh Jusuf Al-Makassary dalam sejarah spiritual Bugis-Makassar. 

Sedangkan M. Jusuf Kalla, mengulas nilai-nilai kepemimpinan yang diwariskan oleh Jenderal M. Jusuf, Panglima ABRI/Menhankam (1978-1983) dan Ketua BPK RI (1983-1993).

Untuk sosok dan karakter BJ Habibie, presiden ke-3 Indonesia, akan diceritakan putranya, Dr Ilham Akbar Habibie (61). 

Seminar ini merupakan bagian dari perayaan Dies Natalis ke-68 Unhas, yang diisi dengan 34 kegiatan menarik sepanjang perayaan.

Prof. Dr. Nurhayati Rahman, M.S., dari Unhas, juga memberikan pandangannya tentang konsep “siri” atau harga diri dalam budaya Bugis-Makassar.

“Siri mengajarkan kita untuk menjalani hidup dengan penuh kehormatan, menekankan pentingnya nilai-nilai sipakatau dan sipakatokkong dalam menjaga integritas masyarakat, " tuturnya. 

Selain itu, Prof. Makoto Ito dari Tokyo Metropolitan University menarik perhatian dengan membandingkan konsep “siri” dalam budaya Bugis dengan konsep rasa malu di Jepang, menegaskan kesamaan dalam menjaga kehormatan dan membentuk karakter pemimpin.

Douglas Laskowske, MA, seorang penggiat budaya yang telah lama mempelajari bahasa Bugis, juga berbagi rasa cintanya terhadap bahasa ini.

“Bahasa Bugis itu indah dan penuh makna, dan saya sangat tertarik untuk terus menggali lebih dalam,” ujarnya.

Seminar ini tidak hanya memperkaya pemahaman tentang budaya Bugis-Makassar, tetapi juga memperlihatkan bagaimana nilai-nilai tradisional dapat tetap relevan dan diaplikasikan dalam kehidupan modern, terutama dalam konteks kepemimpinan dan integritas pribadi.

Laporan: Riski