KOLOM ANDI SURUJI: Membagi 'Kue' Tenas SmanSa Makassar

Tenas Alumni SmanSa Makassar pecahkan rekor senam Anti-aging - (foto by Andi Suruji)

TIGA ribuan alumni SMA Negeri 1 Makassar, mulai dari angkatan tahun 1960-an sampai tamatan teranyar menyerbu Bali. 

Mereka menggelar puncak kegiatannya bertajuk Temu Nasional (Tenas) III Alumni SmanSa Makassar, Sabtu (18/6/2022) di Kebun Raya Bedugul, Bali.

Ramai, meriah, bahkan rangkaian kegiatannya mencetak rekor. Bertabur bintang artis pula, seperti Faris RM, Dhedi Dhukun, dan lainnya. Bintang-bintang alumni yang lagi berkilau pun banyak yang hadir. 

Ada Gubernur Kalimantan Utara Zainal Arifin Paliwang (Smansa 82), mantan Wakil Gubernur Sulsel Agus Arifin Nu'mang (82) dan istrinya Majdah Agus (82) yang juga Rektor Universitas Islam Makassar. 

Ketua IKA SmanSa sendiri, Andi Ina Kartika Sari adalah Ketua DPRD Sulsel (93). Ada Walikota Makassar Moh Ramdan Pomanto (81), dan Bupati Bulukumba Andi Utta (85). 

Belum terbilang dan tersebut bintang-bintang alumni yang bersinar terang di dunia profesinya masing-masing. Dokter, pengacara, pengusaha, pendidik, militer dan polisi, politisi, seniman, budayawan, dan lainnya. 

Inisiasi Ketua Panitia Prof Dr Deby Vinsky menggelar sekaligus memimpin senam anti-aging dan deklarasi hari anti-aging dunia, mendapat apresiasi. 

Diikuti kurang lebih 3.007 peserta (menurut laporan panitia dan tim penilai rekor dunia-Red). Hasilnya, tim penilai dari lembaga pencatat rekor dunia memutuskan kegiatan senam memecahkan rekor dunia dengan peserta terbanyak 3.007 orang alumni SMANSa Makassar. 

Mereka semua mengenakan kostum seragam kaos lengan panjang warna pink kombinasi putih. Tidak ada perbedaan. 

Begitu hebat acara ini. Sudah tiga kali digelar, peserta Tenas selalu membludak. Tenas pertama dan kedua di Jakarta. Begitu antusias para alumni hadir. Mulai dari angkatan tahun 1960-an sampai alumni teranyar.

Tentu masih banyak alumni yang tidak bisa bergabung karena berbagai faktor. Misalnya, karena kesibukan kerja, ataupun masalah finansial.

Dalam perbincangan dan candaan lintas angkatan di salah satu hotel, dimana ada beberapa angkatan menginap selama di Bali, memunculkan diskursus yang menarik.

Dimulai dengan pernyataan dan pertanyaan sederhana. Sudah tiga kali Tenas digelar di negara ini. Kita belanjakan uang begitu banyak di negeri orang. Semua di negeri orang. Mengapa tidak digelar di Makassar, negeri (kampung) kita sendiri saja? 

Menarik. Katakanlah satu angkatan harus mengumpulkan dana minimal tiga ratus juta rupiah saja agar alumni angkatannya dapat berangkat. Dana tersebut untuk transpor, akomodasi, seragam, makan dan sebagainya.

Bayangkan dengan tiga ribuan orang dikali lima juta rupiah biaya per orang, misalnya. Ada sembilan miliar rupiah biaya peserta. Belum lagi biaya panitia, pasti miliaran juga. 

Dapat dibayangkan kalau dana itu dibelanjakan di Makassar saja. Sungguh angka yang dapat memutar roda-roda usaha mikro, kecil, dan menengah. 

Apalagi jika disertai dengan gelaran acara yang menggerakkan roda usaha rakyat, semisal fistival kuliner, festival busana, dan sebagainya. 

Para alumni berprestasi dan sudah "menjadi seseorang" dibuatkan acara kelas motivasi. Mereka berceramah, berdiskusi dengan anak-anak SMA Negeri 1 di sekolah. Mereka memberi motivasi berbagi pengalaman studi, bekerja, dan sebagainya. Alumni kembali ke sekolah, dan semakin dekat dengan sekolahnya, gurunya dan adik-adik atau anak-anak siswa.

Dengan begitu, alumni juga turut memikirkan peningkatan mutu pendidikan di SmanSa, kualitas lulusan sekolah. Memberikan masukan sistem dan program-program proses belajar-mengajar yang inovatif sesuai tuntutan kualitas sumber daya manusia, kini dan mendatang. 

Pengurus IKA SmanSa Makassar perlu mempelajari cara Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan. Para perantau itu senantiasa pulang kampung menggelar Pertemuan Saudagar Bugis Makassar di Makassar setiap kali usai Lebaran Idul Fitri.

Mengapa tidak acara Tenas SmanSa Makassar digelar bersamaan atau berdekatan dengan pelaksanaan PSBM-KKSS tersebut. Selain efek ganda ekonomi, juga bakal semakin banyak alumni yang pasti ikut. Hubungan persaudaraan sesama alumni dan guru-guru yang telah mendidik kita semakin erat. 

Saya yakin efek ekonomi Tenas bagi UMKM di "negeri sendiri" akan berlipat ganda dengan spektrum yang lebih luas. Jika harus ada acara "jalan-jalan" di "negeri orang" biarlah itu gawean per angkatan, atau gabungan dua atau tiga angkatan saja. 

Gawean Tenas berikutnya, ayolah kita gelar puncaknya di Makassar saja, di kota sekolah kebanggaan kita berdiri dan mendidik kita. Bisa dimasukkan Bulukumba, Toraja, Selayar, dan lainnya sebagai acara tambahan, supaya daerah lain juga menikmati bagian kue Tenas SmanSa Makassar.