KOLOM ANDI SURUJI: Aksa Mahmud, 77 Tahun Terus Bergerak
Gatal kakinya kalau tidak berjalan. Tanpa bergerak, tubuhnya gerah, bahkan merasa kaku. Karena itu, ia terus bergerak.
Itulah Muhammad Aksa Mahmud. Di usia 77 tahun pada Sabtu 16 Juli 2022 lalu. Founder Bosowa Group, itu memang terus dan terus bergerak.
Seolah tiada lelahnya.
Walaupun kondisi tubuh karena faktor usia sebenarnya mengharuskannya lebih mengurangi aktivitas.
Akan tetapi, gerakan yang dilakukan Pak Aksa atau Pak AM, begitu keluarga, kerabat dan karyawan memanggilnya, bukanlah gerakan kosong. Ibarat pemain bola, bukan pergerakan tanpa bola. Selain gerakannya memang untuk olahraga, menyegarkan badan, juga selalu membonceng naluri bisnisnya bersama langkah-langkahnya.
Contoh paling anyar adalah Pantai Indah Bosowa. Semula pantai di bagian selatan pusat kota Makassar itu tidak diurus. Bertahun-tahun, bahkan puluhan tahun tanah miliknya itu tidur begitu saja.
Sementara Aksa dan teman-temannya, secara reguler mengunjungi Gusung untuk berenang dan berendam.
Gusung adalah tanggul pemecah ombak di sebelah barat Pelabuhan Mekassar, yang membujur dari selatan ke utara. Airnya bersih dan jernih sehingga banyak dikunjungi warga.
Sebagaimana prinsipnya, dan juga dalam ajaran agama Islam, bahwa di setiap kesulitan pasti ada jalan keluar. Di setiap cobaan, pasti ada hikmahnya.
Datanglah virus corona menyerang manusia di seluruh dunia. Aktivitas warga terbatas dan dibatasi. Tetapi orang perlu berjemur, menyerapkan vitamin D dari sinar matahari pagi.
Muncul ide membenahi lokasinya yang memang strategis itu. Panjang garis pantainya sekitar 500 meter dari utara ke selatan.
Pembenahan dilakukan semula hanya untuk keperluan Pak Aksa dan keluarga beserta sahabatnya, dan karyawan Bosowa, untuk berenang dan berjemur menyerap sinar matahari yang diperlukan untuk meningkatkan imunitass tubuh.
Didirikanlah tenda dan toilet dibagun. Lalu didirikan gazebo. Lama-lama masyarakat pun semakin banyak yang datang untuk mandi-mandi, berendam dan menikmati sinar matahari pagi dengan udara yang relatif bersih.
Melihat semakin banyak warga yang mengambil manfaat di lokasinya itu, ia pun selalu mengucap syukur dan merasa bahagia. Hartanya yang dipupuk sejak muda, akhirnya bermanfaat bagi orang banyak.
Didirikanlah perusahaan untuk mengelola pantai itu. Nama perusahaannya PT Bosowa Wisata Indonesia. Nama pantai pun diberikan, yakni Pantai Indah Bosowa.
PT Bosowa Wisata juga diberi tanggung jawab mengelola dan membenahi Pulau Panambungan, yang memang sudah lama dikuasai Aksa dan Bosowa, namun kurang terurus.
Panambungan pun didandani, bersamaan pembenahan Pantai Indah Bosowa. Fasilitas ditambah.
Untuk mengkoneksikan PIB dan Panambungan, Aksa membeli dia kapal bekas dari pengusaha di Batam yang kesulitan karena pandemi Covid-19. Bukan hanya untuk keperluan Aksa dan keluarga, tetapi juga warga manapun bisa menyewa.
Aksa semakin bersemangat membenahi PIB dan Panambungan karena semakin banyak masyarakat berkunjung. Bukan hanya warga Makassar, juga banyak yang datang dari daerah di Sulsel, bahkan dari luar Sulsel, seperti Jakarta.
Aksa lebih bersemangat lagi tatkala Pulau Panambungan yang merupakan warga guguran Kepulauan Spermode, termasuk kawasan yang diusulkan pemerintah sebagai Geo Park Maros-Pangkep kepada UNESCO.
Tim asesmen dari UNESCO telah datang melihat langsung dan menilai Panambungan. Bahkan tim awal penilai Geo Park menilai pola kerja sama pemerintah-swata seperti di Panambungan antara Bosowa dan Pemerintah Kabupaten Pangkajene Kepulauan sebagai pemilik wilayah, direkomendasikan untuk kerja sama pemerintah-swasta di tempat lainnya.
Pengunjung PIB pun semakin banyak. Bukan hanya di pagi hari, lebih banyak lagi pada sore hari. Masyarakat menikmati pemandangan matahari terbenam di ufuk barat (sun set). Banyak orang bilang PIB tak kalah suasananya dibandingkan Jimbaran di Bali, jika terus didandani.
Tak disangka, tiba-tiba Aksa punya ide mengadakan wisata helikopter. Idenya itu menambah fasilitas yang dapat dinikmati masyarakat yang selama ini menikmati rekreasi pantai di Pantai Indah Bosowa.
Diresmikanlah fasilitas itu, bertepatan hari ulang tahunnya. Ia pun mengajak Rektor Universitas Hasanuddin, Rektor Universitas Bosowa, Kepala Dinas Pariwisata Sulsel untuk terbang menikmati pemandangan kota Makassar dari udara.
Juga pemandangan pulau-pulau di kepulauan Spermode, seperti Pulau Panambungan. Termasuk juga Pulau Lae-lae, Pulau Samalona.
Ini merupakan fasilitas wisata helikopter pertama di Indonesia bagian timur, setelah Bali. Masyarakat dapat menikmati fasilitas itu dengan membayar sekitar Rp 7,5 juta dengan maks penumpang 5 orang bersurasi terbang sekitar 15 menit.
Terkesan agak mahal, tetapi jika patungan, atau sekeluarga, jatuhnya murah juga dibandingkan nilai kepuasan menikmati eksotiknya Makassar dari udara, naik helikopter.
"Sekarang helikopter kita baru satu. Tetapi kalau minat dan permintaan masyarakat semakin tinggi, kita bisa tambah heli," katanya.
Apakah Aksa tidak letih, tidak mau istirahat saja, toh Bosowa sudahndiurus generasi kedua dengan pembagian tanggung jawab yang sudah jelas kepada lima orang anaknya?
Mantan Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat itu menjawab dengan alasan yang rasional dan sangat nasionalis. "Kalau kita mengurus negara, mengurus rakyat, mengurus masyarakat, mengurus umat, tidak ada lelah. Yang ada hanyalah rasa syukur dan bahagia," katanya.
Baiklah. Sehat selalu dan panjang umur Pak...!