Waspada! Hasil Lab Skincare Asal Makassar Diduga Mengandung Merkuri
CELEBESMEDIA.ID, Makassar - Hasil laboratorium pemeriksaan bahan yang terkandung pada salah satu merek perawatan kulit (skincare) asal Makassar bocor di media sosial.
Dokter kecantikan Oky Pratama membeberkan salah satu merek produk skincare asal Makassar yang sebelumnya diduga mengandung bahan berbahaya ternyata memang memiliki kandungan merkuri.
Dalam unggahan Instagram @dr.okypratamaa, dokter kecantikan ternama Indonesia tersebut menunjukkan beberapa lembar kertas hasil pengecekan laboratorium dari salah satu merek skincare asal Makassar tersebut.
Ada 3 produk dari merek skincare yang ia cek di laboratorium, yaitu toner, krim malam dan krim siang. Untuk toner berdasarkan hasil laboratorium mengandung 0,44 persen hidrokuinon.
Sementara krim siang, terdeteksi 0,25 persen kandungan merkuri, sementara untuk krim malam terdeteksi 0,06 persen merkuri.
Dalam unggahannya tersebut, dr Oky Pratama kembali mempertanyakan, mengapa produk skincare tersebut dijual bebas.
"Hasil Lab toner, cream malam, cream siang. Apakah benar R&D Skincare? Mercury dijual bebas?," cuit dr Oky Pratama melalui unggahannya di instagram.
Pada unggahan dr Oky Pratama sebelumnya, ia menunjukkan bahwa produk tersebut telah memiliki sertifikat BPOM RI dan memiliki barcode pada kemasan produknya.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 74 Tahun 2001 tentang Bahan Berbahaya dan Beracun, merkuri termasuk ke dalam kategori bahan berbahaya dan beracun (B3).
BPOM juga telah melarang penggunaan merkuri dalam kosmetik yang diatur dalam Peraturan BPOM Nomor 23 Tahun 2019 tentang Persyaratan Teknis Bahan Kosmetik.
Sementara mengutip laman kesehatan Alodokter, di Indonesia, penggunaan merkuri dalam produk kecantikan, seperti sabun pembersih wajah, krim pelembap, dan krim siang atau malam, sudah dilarang. Akan tetapi, untuk riasan mata dan pembersihnya, masih diperbolehkan dengan kadar tidak lebih dari 0,007%.
Merkuri juga bersifat korosif, sehingga penggunaannya bisa membuat lapisan kulit menjadi tipis. Penggunaan jangka panjang akan menyebabkan kanker kulit.
Laporan: Riski