Hasil Sensus Penduduk 2020 Angka Kematian Bayi Turun Signifikan

CELEBESMEDIA.ID, Makassar - Gubernur Sulawesi Selatan
menerima audiensi Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sulsel Suntono di Rumah
Jabatan Gubernur Sulsel, Selasa (11/4).
Suntono juga berpamitan untuk penugasan yang baru sebagai
Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan BPS RI di Jakarta.
“Terima kasih atas pengabdian selama ini. Bapak Suntono telah memberikan yang terbaik
dan sudah maksimal dengan koordinasi bagus,” kata Andi Sudirman Sulaiman.
Gubernur juga mengapresiasi upaya BPS Sulsel dalam
memberikan data dan masukan sehingga kebijakan yang diambil dapat lebih efektif
dan tepat.
“Terima kasih kami selalu dibantu, diberikan data dan
highligt yang menjadi konsen pemerintah daerah, sekaligus untuk penajaman
program ,” sebutnya.
Kepala BPS Sulsel Suntono, melaporkan terkait hasil Long
Form Sensus Penduduk 2020 Provinsi Sulsel yang secara keseluruhan dinilai baik.
“Karena seluruh parameter demografi di Sulsel secara kesuluruhan baik-baik
saja,” sebutnya.
Lebih detail menyampaikan, untuk Total Fertility Rate
(TFR)/Angka Kelahiran Total yang merupakan jumlah anak yang dilahirkan hidup
oleh seseorang perempuan selama usia suburnya (15-49 tahun) sebesar 2,22 yang
berarti hanya sekitar 2 anak yang dilahirkan oleh perempuan selama masa
reproduksinya.
Kondisi ini dapat mengakibatkan rasio ketergantungan menjadi
lebih rendah dan menciptakan bonus demografi.
“Kalau TFR-nya 2,1 (replacement level), artinya setiap
wanita digantikan oleh satu anak perempuannya untuk menjaga kelangsungan
pergantian generasi,” sebutnya.
Sedangkan untuk Angka Kelahiran Kasar (CBR) mencapai 17-18
kelahiran hidup diantara 1.000 penduduk Sulsel.
Sedangkan Penurunan Angka Kematian Bayi di Sulsel hampir
mencapai 90 persen selama periode lima dekade terakhir. Angka Kematian Bayi
menurun signifikan dari 161 per 1.000 kelahiran hidup pada sensus penduduk 1971
menjadi 18,20 per 1.000 kelahiran hidup tahun 2022.
Hasil lainnya, mayoritas penduduk berumur 15 tahun ke atas
berpendidikan SMA, 97,65 persen penduduk bisa menggunakan bahasa Indonesia dan
66,71 persen bisa menggunakan bahasa daerah untuk berkomunikasi dengan keluarga
serta 65,47 persen dengan kerabat, 99,31 rumah tangga menempati rumah dengan
lantai yang memenuhi syarat ketahanan bangunan.
“Jadi setelah panen, harus bisa digarap, memanfaatkan sumber
daya air yang tersisa. Sebab kalau terlambat bisa tidak maksimal hasilnya.
Kecuali daerah yang masih banyak potensi air yang dikelola, tapi daerah yang
jauh dari sumber air itu nanti akan jadi masalah,” jelas pria yang selanjutnya
akan ditugaskan di Pusdiklat BPS RI Jakarta ini