Dikira Punah, Satwa Anoa Ditemukan di Sinjai
CELEBESMEDIA.ID, Makassar – Surprise, satwa Anoa ditemukan di kawasan hutan lindung sekitar Taman Hutan Raya di Kabupaten Sinjai, sekitar 125 km dari Makassar, ibukota Sulawesi Selatan.
Penemuan Anoa tersebut menyingkap tabir keberadaan Anoa dan mengubah peta International Union for Conservation of Nature (IUCN) atau Uni Internasional untuk Konservasi Alam.
Anoa merupakan satwa langka dan asli dari pulau Sulawesi. Masyarakat Sulawesi menjulukinya sebagai sapi kerdil. Anoa merupakan spesies maskot dan spesies duta (ambasador) Sulawesi.
Spesies Anoa sangat identik dengan pulau Sulawesi. Merujuk IUCN RedList, Anoa termasuk satwa dilindungi dalam skala global dengan status endangered (terancam punah).
Kepala Bidang Pengelolaan Taman Hutan Raya (Tahura) Abdul Latif Sinjai, Nasrul Tanjung, menyatakan, dalam peta IUCN, untuk wilayah Sulawesi Selatan bagian selatan, Anoa dianggap sudah punah karena penyempitan habitatnya oleh pembukaan lahan, pemukiman dan keperluan lainnya.
“Penemuan Anoa di kawasan Tahura Sinjai adalah penemuan bersejarah yang mengubah peta IUCN dan akan menambahkan dalam perannya akan keberadaan Anoa di bagian selatan Sulawesi Selatan,” kata Nasrul Tanjung kepada CELEBESMEDIA.ID, Ahad (22/1/2023).
Nasrul menjelaskan, spesies Anoa yang ditemukan di kawasan Tahura Sinjai tersebut termasuk ke dalam jenis Anoa Gunung (Bubalus quarlesi). Di Pulau Sulawesi sendiri, memang terdapat dua jenis Anoa. Jenis yang lainnya adalah Anoa Dataran (Bubalus depressicornis).
Menurutnya, Anoa terbilang tak lagi dijumpai sekitar 20 tahun terakhir, baik itu dilihat langsung maupun jejaknya. Diceritakan Nasrul, warga di sekitar Taman Hutan Raya Abdul Latief, Kabupaten Sinjai, mengaku terakhir mengetahui keberadaan Anoa di kawasan itu pada tahun 1999.
Fakta tersebut, menunjukkan habitat Anoa Gunung pada lanskap Gunung Bawakaraeng-Lompobattang semakin menyempit.
Awal Penemuan
Penemuan Anoa di Tahura Sinjai berawal dari ditemukannya jejak kaki dan feses hewan itu di sekitar kawasan Tahura SInjai. Untuk memastikan pemilik jejak kaki dan feses tersebut, tim dari Tahura Abdul Latief Sinjai melakukan pengintaian.
Kata Nasrul, pengintaian dilakukan dengan menggunakan kamera pengintai (camera trap) yang dipasang pada 16 titik. Hasilnya, menunjukkan adanya satwa yang sedang berjalan terekam dalam dalam kamera. Ia mengungkapkan, tim dari Tahura sangat senang begitu menyaksikan adanya aktifitas hewan tersebut.
Sekitar pukul 05.53 WITA pada 4 November 2022, terlihat dari rekaman camera trap seekor hewan yang diduga kuat adalah Anoa tengah berjalan.
Kemudian pada 11 Desember 2022 pukul 21:34 WITA, kembali terlihat seekor satwa sejenis terekam kamera. Dari rekaman tersebut, belum dipastikan apakah hewan yang berbeda atau hewan yang sama.
Untuk memastikan jenis satwa tersebut, jelas Nasrul, tim kemudian mendiskusikannya bersama Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam dan juga Flora Fauna Indonesia (FFI) sebagai pemilik jaringan camera trap. Termasuk mengirimkan, temuan dalam video tersebut ke Abdul Haris Mustari dari Institut Pertanian Bogor (IPB), yang sejak awal memang terlibat dalam mengidentifikasi jejak kaki dan feses yang menjadi petunjuk awal.
Akhirnya, kata Nasrul, dapat dipastikan satwa yang tertangkap camera trap tersebut adalah jenis Anoa Pegunungan.
Oleh karenanya, ia berharap adanya dukungan berbagai pihak untuk tindak lanjut dari temuan tersebut. Sehingga, jumlah populasi Anoa di Tahura Sinjai, lanskap Pegunungan Bawakaraeng-Lompobattang,dapat diketahui.