Saleng, Minuman Herbal Tradisional untuk Jaga Imun Tubuh

Saleng, minuman herbal 41 rempah - (foto by Ardi Jaho)

CELEBESMEDIA. ID, Makassar- Pernah dengar nama minuman Saleng? Meski tidak terdengar familier, namun bagi mereka pecinta minuman herbal tentunya mengetahui "Saleng, minuman herbal tradisional kaya rempah.

Diakui Sayfri Daeng Sampe, penjual minuman Saleng, cara membuat minuman ini juga masih menggunakan metode tradisonal dengan mencampur beragam rempah lalu dimasak. 

Mulai dari merica, jahe, cengkeh, kayu manis, pala,jintan,adas manis, kapulaga, dan puluhan herbal lainya. Ada 41 jenis rempah yang dibutuhkan untuk membuat Saleng.

"Total ada 41tanaman herbal ditambah telur,  untuk membuat minuman menjadi enak. Masing - masing rempah ada takaran berbeda-beda," jelasnya kepada CELEBESMEDIA.ID, Ahad (12/3/2023).

Karena terbuat dari herbal dan tanpa bahan pengawet, minuman ini dapat menjadi imun booster

Khasiat dari minuman tersebut, kata Sayfri selain dapat menjaga imun, juga dipercaya bisa  mengobati berbagai macam penyakit seperti capek, sering masuk angin, influenza, membantu perempuan setelah melahirkan, maupun saat kena penyakit TBC.

"Kasiatnya sangat baik untuk kesehatan, karena ini ramuan kaya akan rempah-rempah yang begitu banyak, bagusnya lagi minuman ini tidak menggunakan bahan pengawet," ujarnya. 

Lebih enak lagi jika Saleng dicamourkan telur ayam atau bebek seblum disajikan hangat.

Sayfri menceritakan minuman tersebut sebenarnya bukan asal Indonesia. Ia mendapat resep itu secara turun temurun.

"Tahun 1960 l-an salah satu keluarganya pergi dari rumah,  lalu ke Kota Makassar,  kemudian diangkat menjadi anak dari salah satu orang India-Pakistan dan diajarkan untuk membuat minuman trasiaional," jela Sayfri. 

"Jadi minuman Saleng bukan dari Indonesia,  memang dari luar negeri orang India-pakistan yang memberinya nama, " lanjutnya. 

Harganya pun murah, Rp10.000 per gelas. Saat awal menjual tahun 1989, harganya jauh lebih murah.

"Dulu masih bisa dapat satu gelas Rp250, namun sekarang saya jual Rp10 ribu,  dan biasanya saya menjual di pelabuhan paotere saat pagi, hari Jumat di Masjid Al-Markaz, serta biasanya juga di Pasar Sentral," tutupnya. 

Laporan:  Ardi Jaho