Ancaman Badai Covid-19, Pemerintah Waspadai Varian Delta Plus

Ilustrasi - (int)

CELEBESMEDIA.ID, Makassar - Ancaman badai Covid-19 terus berkembang dinamis dan pemerintah selalu menyiapkan kebijakan taktis. Menko Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, untuk mengantisipasi penyebaran varian virus corona AY.4.2 (Delta Plus), yang dilaporkan telah masuk ke Malaysia, tak tertutup kemungkinan pemerintah memperpanjang masa karantina bagi pelaku perjalanan internasional.

Dikutip CELEBESMEDIA.ID dari Indonesia.go.id, varian Delta Plus belum ditemukan di Indonesia. Daya penularanya dilaporkan 10 persen lebih kuat dari varian Delta biasa. Sejauh ini, 92 persen infeksi Delta Plus hanya terjadi di Ingggris.

"Sekarang sudah ada dari Inggris yang masuk ke Malaysia, yakni varian Delta AY.4.2, dan ini menurut saya harus kita waspadai," ujar Luhut, beberapa waktu lalu.

Perubahan peraturan bisa sewaktu-waktu diberlakukan. "Jadi bukan tak mungkin nanti kalau orang datang dari luar, kita berlakukan karantinanya jadi tujuh hari," lanjutnya.

Luhut menuturkan, proses pengambilan keputusan soal kebijakan penanganan pandemi saat ini  berbasis sains. Pemerintah telah memiliki data terkini, sudah memahami membaca data itu, dan percaya diri untuk mengambil keputusan secara jernih. Keputusan yang cepat menjadi kebutuhan.

"Jadi, saya mohon teman-teman di luar, jangan berpikiran bahwa kita ini tak konsisten. Kami sangat konsisten. Yang tidak  konsisten itu penyakitnya. Strategi kita, taktik kita, akan selalu bermuara pada bagaimana perilaku Covid-19 ini," kata Menko Luhut yang juga koordinator pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) untuk wilayah Jawa-Bali.

Untuk diketahui, saat ini pemerintah menetapkan masa karantina tiga hari untuk pelaku perjalanan internasional yang masuk ke Indonesia, bagi yang sudah menjalani vaksinasi Covid-19 dosis lengkap. Untuk mereka yang baru menjalani vaksin dosis pertama, masa karantinanya lima hari. Bila terjadi perubahan durasi karantina, langkah ini antara lain dimaksudkan untuk menangkal corona AY.4.2, momok baru yang menjadi salah satu penyebab lonjakan kasus Covid-19 di Inggris sejak Juli lalu.