Apang Panas, Kue Tradisional yang Kini Naik Daun

CELEBESMEDIA.ID, Gowa - Rasanya manis berwarna cokelat. Lebih nikmat jika disajikan dengan parutan kelapa. 

Penganan apem atau apang panas, belakangan ini menjadi jajanan yang laris di Makassar dan Gowa. Buktinya hampir tiap ruas jalan atau lorong di Makassar dan Gowa pastilah ada satu atau dua penjual apang panas. 

Sebenarnya kue ini tidak selalu dijual dalam keadaan panas. Tetapi umumnya penjual kue apang menuliskan dagangan mereka sebagai "apang panas" agar lebih menggugah selera pembeli terlebih saat hari hujan.

Fakta menarik, umumnya penjual kue apang panas di Makassar dan Gowa adalah orang bersuku bugis. Ada yang berasal dari Pinrang. Ada juga dari Sidrap

Salah satunya Indah, penjual apang panas di Jl H M Yasin Limpo Kecamatan Somba Opu, Kabupaten Gowa, yang tak jauh dari kampus 2 UIN Alauddin Makassar.

Ia berasal dari Pinrang dan sudah berjualan apang panas di Gowa sejak 2 tahun lalu. Biasanya Indah sudah mulai sibuk selepas salat Subuh. Ia membuat adonan apang dari tepung beras yang dicampur gula merah. Karena itulah warna kue ini agak kecokelatan. Agar lebih harum biasanya adonan akan ditambahkan daun pandan.

Adonan kemudian ia bawa ke lokasi berjualannya. Ada panci kukus besar lengkap dengan cetakan - cetakan kecil berbentuk segitiga di sana.

Adonan yang telah dibuat itu nantinya dituangkan ke cetakan dan dimasak di lokasi berjualan. Karena itulah kuenya bisa dibeli dalam keadaan panas saat pagi hari.

Sejak pagi sekitar pukul 06.30 WITA,  asap dari panci kukus apang panasnya sudah mulai mengepul. Tampak dari kejauhan asap putih di atas panci kukusan, tandanya kue akan segera matang. Pembeli kue ini memang biasanya ramai saat pagi sebab cocok dijadikan santapan untuk sarapan ditemani secangkir teh atau kopi.

"Kalau saya itu sudah 2 tahun jualan disini, biasa bukanya jam setengah 7 pagi, tutupnya yah tergantung, kalau sudah habis ya tutup kalau belum ya belum," Ungkap Penjual Kue Tradisional Apang, Indah, Selasa (09/01/2024)

Tak perlu merogoh kocek terlalu dalam untuk dapat menikmati legitnya apang panas. Uang Rp1.000 sudah cukup membeli sebiji kue tradisional khas bugis ini.

"Bahan-bahannya gampang ji, tepung beras putih, terigu juga, sama ini gula merah, terus baking powder, ragi juga ini supaya mengembang itu kue. Santan kelapa, biasanya saya pake santan kelapa yang diparut karena itu air kelapanya bisa sekalian dicampur saja sama adonan," jelas Indah.

Selain bahan-bahannya yang sederhana, tentunya untuk pembuatan kue ini juga mudah. Adonan hanya dicampurkan menjadi satu setelah itu dimasukkan ke dalam cetakan dan dikukus hingga matang. Bentuk cetakan apang sendiri bermacam-macam ada yang berbentuk segitiga, kotak, dan lain-lain.

Bagi Indah, menjual apang panas penghadilannya cukup menggiurkan. Dalam sehari kadangkala ibu Indah mampu mendapatkan Rp400.000 hingga Rp500.000 dari hasil menjajakan kuenya itu.

Artinya dalam sebulan ia bisa mendapatkan sekitar Rp12.000.000. Angka yang melebihi Upah Minimum Provinsi (UMP) yang menjadi standar menentukan gaji pegawai kantoran.

"Dalam sehari biasanya saya paling banyak itu bisa sampai 400-500 ribu, " Sambungnya.

Kue apang ini sebenarnya telah ada sejak sekitar tahun 1960-an. Saat itu kue tradisional apang menjadi salah satu kue primadona yang selalu hadir di setiap acara ataupun ritual suku Bugis.

Salah satu contohnya adalah ritual Menre Bola (Masuk Rumah), Ritual ini hampir sama dengan ritual suku Bugis Makassar (Appasili Balla), termasuk juga di acara-acara seperti acara pernikahan dan akikah.

Selain memiliki rasa yang enak nan legit, bagi sebagian orang kue ini juga memiliki makna yang mendalam yaitu "harapan akan kehidupan yang tenteram dan aman".

Laporan : Riski