Kete Kesu, Saksi Sejarah Awal Mula Peradaban Suku Toraja
CELEBESMEDIA.ID, Toraja - Anda pernah ke Toraja Utara ?
Jika sudah, mungkin nama "Kete Kesu" sudah lazim di telinga anda.
Kete Kesu merupakan salah satu destinasi wisata di Kabupaten
Toraja Utara yang cukup banyak dikunjungi wisatawan domestik hingga mancanegara
karena pesona budayanya yang sangat eksotis. Namun tahukah anda tentang Kete
Kesu? Berikut gambaran umum tentang Kete Kesu yang disajikan khusus untuk anda
#celebespeople.
Tim Redaksi CELEBESMEDIA.ID dan tim program keliling sulsel
CELEBES TV mencoba menjajal destinasi wisata ini pada Sabtu, 29 Desember 2018. Tim
liputan berkesempatan melakukan wawancara ekslusive dengan ketua dewan adat Toraja
yang juga ketua Yayasan Kete Kesu, Layuk Sarungallo.
Layuk bercerita panjang tentang sejarah kawasan Kete Kesu,
termasuk kehidupan tradisional masyarakat kawasan. Pria kelahiran Kesu, 20 September
1947 itu memyebut jika Kete Kesu bukan hanya sebatas tempat wisata budaya
semata. Tetapi lebih dari itu Kete Kesu memiliki sejarah panjang berkaitan
dengan awal mula peradaban masyarakat Toraja.
Terlepas sebagai peninggalan sejarah masa silam, Kete Kesu
kini menjadi tempat penetapan aturan adat Toraja dari 32 komunitas adat yang
ada di Toraja.
Layuk Sarungallo menuturkan, jika Kete Kesu menjadi salah
satu tempat saksi sejarah awal mula keberadaan masyarakat Toraja. Itu
dibuktikan dari keberadaan pahatan, serta peninggalan jejak kearifan lokal
sebagai bukti adanya peradaban ratusan tahun silam.
Sisa-sisa peninggalan bersejarah yang berumur ratusan tahun,
mulai dari rumah adat Tongkonan Toraja, ukiran dinding, batu menhir, artefak
hingga makam orang-orang penting di masa lalu bisa dijumpai di kawasan adat Kete
Kesu.
"Jadi ini Kete Kesu satu dari 32 komunitas adat yang
ada di Toraja. Salah satu tongkonan yang tertua di Toraja itu ada disini. Ada
tongkonan tua yang sudah ada sejak tahun 1300, itu disini. Disinilah aturan -
aturan adat Toraja ditetapkan oleh pemangku adat. Kesu ini, saksi sejarah awal
mula orang Toraja," tutur ayah dari tiga orang anak itu dengan dialek Toraja
sembari berjalan menjelaskan satu persatu fungsi tongkonan di dalam kawasan Kete
Kesu.
Di dalam kawasan Kete Kesu sendiri terdapat enam rumah adat
tongkonan dengan fungsi berbeda - beda dan 12 lumbung padi yang sudah berusia
lebih dari 300 tahun. Tak hanya itu, adapula tempat pemakaman kuno suku Toraja
di tempat itu yang diyakini sebagai pemakaman tertua di dunia yang umurnya
sudah lebih dari 500 tahun. Makam itu disebut makam goa dan makam tebing batu.
Lebih jauh, menantu bangsawan Toraja dari marga Papayungan
itu juga menjelaskan fungsi - fungsi dari tiap tongkonan. Tongkonan yang
berfungsi sebagai badan eksekutif dan legislasi atau yang membuat dan
menjalankan aturan adat, dinamai tongkonan bamba.
Sementara Tongkonan yang berfungsi sebagai tempat
permusyarawatan untuk urusan sosial dan ekonomi masyarakat adat, dinamai
cendana. Sedangkan untuk badan pertimbangan atas keputusan dewan adat disebut
tongkonan tonga. Tonga juga berfungsi sebagai tempat peradilan, dan badan untuk
urusan keamanan dan kesehatan.
"Jadi jauh sebelum ada ini sistem tata pemerintahan
seperti kabinet - kabinet pemerintah sekarang, orang Toraja sudah berabad -
abad adopsi. Jadi, kalau sekarang ada kementerian atau badan untuk urusan ini,
kita juga ada. tongkonan - tongkonan itulah sebagai tempatnya untuk urusan -
urusan itu," jelas Layuk sambil berjalan di sekeliling tongkonan Kete Kesu
dengan balutan busana adat Toraja.
Kawasan adat Kete Kesu sendiri terletak di Lembang Panta'na Kallolo,
Kecamatan Kesu, Kabupaten Toraja Utara, tepatnya di bagian tenggara pusat kota Rantepao.
Fasilitas infrastruktur yang cukup memadai, baik infrastruktur transportasi
maupun jalan, membuat Kete Kesu dengan mudah dijangkau. Untuk bisa sampai ke Kete
Kesu, pengunjung bisa menggunakan kendaraan pribadi roda dua, roda empat atupun
kendaraan angkutan umum. Jarak tempuh dari pusat kota Rantepao ke Kete Kesu
sekitar 5 Km.