KOLOM ANDI SURUJI : Bertarung, Menyatukan Potensi dan Berbagi Peran

TULISAN ini ingin mengulas dinamika pemilihan Ketua Ikatan Alumni SMA Negeri 1 (SmanSa) Makassar, angkatan tahun 1982. 

Apa hebatnya sampai diulas?. Jelas hebat. Angkatan ini terdiri 30 kelas. Jika satu kelas 35 orang saja, berarti ada lebih seribu orang alumni angkatan ini. 

Boleh jadi, alumni satu angkatan ini terbanyak di dunia. Di sekolah mana pun. Kalau itu benar berarti bolehlah rekor itu masuk The Guinness Book. 

Alumni-alumni angkatan ini bertebaran. Bukan hanya di dalam negeri. Juga di berbagai belahan dunia. Di dalam negeri, semua sektor dan bidang pekerjaan mereka ada berkiprah. 

Salah satu angkatan ini, Agus Arifin Nu'mang baru saja melepas jabatan Ketua IKA SmanSa. Ia mantan Wakil Gubernur. Teranyar, Zainal Arifin Paliwang, baru saja dilantik sebagai Gubernur Kalimantan Utara oleh Presiden Jokowi. 

Belum lagi alumni lainnya yang bertebaran di pemerintahan, BUMN, swasta, militer dan kepolisian. Juga pendidikan dan organisasi politik. Dahsyat, bukan...! 

Kini, angkatan ini bersiap menggelar musyawarah besar. Salah satu agendanya memilih ketua untuk memimpin organisasi paguyuban itu hingga 2024. 

Selama ini semua ketua terpilih secara aklamasi. Musyawarah mufakat menjadi sipiritnya. 

Akan tetapi, kini berkembang dinamika adanya dua kubu yang ingin memperebutkan jabatan ketua kepengurusan mendatang. 

Lantas timbul gundah gulana. Muncul kegalauan di antara anggota. Diungkapkan secara bisik-bisik, pesan japri, sampai pesan terbuka melalui whatsapp group. 

Mereka khawatir kalau terjadi pertarungan, apalagi perseteruan di antara mereka. Sebelum maupun sesudah mubes. Padahal organisasi ini tak lain hanyalah paguyuban. Wadah untuk berkumpul dan kongkow. Saling berkabar, bernostalgia sembari beraktivitas yang bermanfaat bagi anggota dan masyarakat. 

Bagi saya, tidak masalah ada dua atau tiga kubu. Bahkan kalau perlu empat kubu dengan jagoannya masing-masing. Setiap kubu menggalang kekuatan, mengajak semua alumni yang jumlahnya lebih seribu orang itu untuk terlibat dan mau berpartisipasi. Bukan saja untuk keperluan mubes tetapi juga pada setiap kegiatan organisasi di kemudian hari. 

Tidak dipungkiri, masih banyak di antara mereka yang "bersembunyi" dan "tersembunyi". Belum keluar dari ketersembunyiannya untuk bergabung dan menyatu bersama yang lainnya. 

Tentu banyak faktor penyebabnya. Padahal potensi mereka luar biasa. Jika potensi itu digalang dan disatukan dalam semangat kebersamaan, angkatan ini pasti memiliki kekuatan dan kapasitas yang luar biasa. 

Dengan potensi dan kapasitas luar biasa yang terpendam itu diberdayakan secara optimal, tentu akan banyak hal yang dapat dilakukan untuk kemashlahatan internal angkatan, sekolah, masyarakat dan daerah kita. 

Oleh karena itu, saya berpikir mari kita bertarung menemukan potensi-potensi yang tersembunyi itu, mengajak mereka ikut mubes, memilih pemimpin, menyumbang ide dan pemikiran. Paling penting mengajak mereka turut serta berpartisipasi dalam setiap aktivitas alumni seangkatan. Seberapa besar atau sekecil apa pun partisipasi itu. Yang terpenting adalah kebersamaan. 

Patut diingat bahwa gawean yang akan diselenggarakan adalah musyawarah besar. Sejatinya pesertanya juga besar jumlahnya. Bukan 4 L (lu lagi lu lagi) alias itu-itu saja. Selain mubes digelar secara tatap muka mungkin perlu dipikirkan juga pemilihan ketua dengan dua pola. Langsung bagi yang hadir dan via daring (online) bagi yang tidak sempat hadir. Teknologi sudah memungkinkan itu. 

Kita bertarung berebut suara, berlomba dan berkompetisi mengajak partisipasi alumni. Maka sebelum kita berkompetisi dalam agenda pemilihan ketua, sebaiknya kita bersama menengok kembali pada tajuk acaranya, musyawarah. Maka marilah senior-senior, mantan ketua, pengurus dan tokoh-tokoh angkatan ini memelopori musyawarah itu. Jangan justru menjadi kompor provokator. 

Ayo kita gelar tudang sipulung sebagai agenda pra-mubes. Mari kita mencapai titik temu, kata mufakat dan komitmen kuat bahwa yang menang harus merangkul yang kalah suara, dan yang kalah suara harus bersedia ikut berperan aktif dalam kepengurusan dan kegiatan yang diinisiasi pengurus. Kita satukan potensi dan kekuatan, gagasan dan pemikiran, lalu berbagi peran sesuai kapasitas dan kompetensi masing-masing. 

Kalau perlu, postur organisasi ini dibuat gemuk. Tidak perlu takut obesitas. Buat puluhan departemen. Libatkan dua atau tiga ratus orang duduk sebagai pengurus. 

Katakanlah 20 departemen. Masing-masing departem punya tiga program kerja dalam setahun. Apa tidak tiap minggu ada kegiatan SmanSa 82. Itu minimalis, tetapi guyubnya tercapai. Dampaknya ke sekitar akan terasa. 

Dengan demikian tujuan organisasi dan berorganisasi angkatan ini pun tercapai. Guyub dalam kebersamaan dan kuat dalam persatuan. Pertarungan atau kompetisi jangan menjadi perseteruan apalagi merusak persatuan dan memutus silaturrahim. 

Kita menyelenggarakan tata kelola organisasi secara demokratis, tetapi kita tidak perlu memecahkan perahu besar ini. Kita tidak perlu berkubu-kubu dan apatis pasca mubes. Tetapi semua berpartisipasi dan berkontribusi. Dilibatkan atau melibatkan diri. Berbagi susah dan senang, suka maupun duka. Berat sama dipikul, ringan sama dinjinjing. 

Semoga tulisan ini juga dapat menjadi setitik kontribusi untuk angkatan 82 yang saya cintai dan selalu membuat saya bangga sebagai bagiannya.