CELEBESMEDIA.ID, Pangkep - Bubur Asyura menjadi kuliner yang tak pernah lepas dari Perayaan Tahun Baru Islam apalagi saat memasuki 10 Muharram. Namun, tradisi bubur Asyura kian ditinggalkan karena kehidupan yang kian modern.
Meskipun begitu, tradisi bubur asyura masih dilakukan oleh masyarakat tradisional di daerah-daerah. Seperti di Kabupaten Pangkep, Sulsel yang selalu menyambut kedatangan bulan Muharram dengan membuat bubur Asyura atau yang biasa disebut Peca’ Sura saat memasuki 10 Muharram.
Membuat Peca’ Sura, menurut warga Pangkep sebagai tradisi
menyambut 10 Muharram yang telah dilakukan secara turun-temurun selama
berabad-abad. Mereka bahkan saling membantu untuk membuat bubur asyura di
sekitar tempat tinggal mereka dan dibagikan.
“Tradisi ini sudah dijalani turun-temurun, kalau kata orang tua terdahulu, tradisi jni untuk memperingati perjuangan Nabi Muhammad SAW dalam menyebarkan syiar Islam,” kata Hj Nurjannah, Selasa (10/9/2019).
Peca’ Sura ini juga dimasak untuk menu berbuka puasa Asyura di mana bubur akan disajikan sebagai salah satu menu spesial, puasa di hari ke-10 bulan Muharram, dipercaya dapat menghapuskan dosa selama setahun penuh.
“Jadi memperingati 10 Muharram di tahun baru islam, masyarakat juga ada yang berpuasa sunnah, sehingga membuat bubur Asyura ini dibuat sebagai menu buka puasa,” terangnya.
Berbeda dengan bubur biasa pada umumnya, Peca’ Sura ini
beraneka ragam lauk-pauk dengan dihiasi telur dadar warna warni, tumpi-tumpi
(ikan yang dihaluskan dicampur dengan kelapa), ditambah udang, perkedel,
kentang, dan buah-buahan.