3 Faktor Nata De Coco Termasuk Salah Satu Bioteknologi Konvesional

Nata de coco adalah makanan produk bioteknologi (foto: freepik.com)

CELEBESMEDIA.ID, Makassar - Nata de coco memiliki potensi untuk diolah menjadi berbagai produk makanan berkat kandungan serat tinggi dan kemurniannya yang dapat membantu mengurangi risiko penyakit kronis.

Proses produksi nata de coco masuk dalam kategori bioteknologi konvensional karena mengandalkan peran mikroorganisme secara alami tanpa intervensi rekayasa genetik.

Bioteknologi konvensional memanfaatkan organisme secara langsung untuk menghasilkan barang dan jasa melalui fermentasi.

Biasanya, proses ini sederhana dan dilakukan dalam skala kecil.

Ada beberapa faktor yang menjadikan nata de coco termasuk dalam bioteknologi konvensional:

1. Penggunaan Makhluk Hidup Langsung

Nata de coco dibuat dengan bantuan bakteri Acetobacter xylinum yang berperan dalam produksi.

Manusia hanya memfasilitasi kondisi optimal bagi pertumbuhan bakteri tersebut.

2. Penerapan Teknik Fermentasi

Fermentasi adalah proses kimia di mana mikroorganisme mengubah substrat organik menjadi produk baru.

Nata de coco adalah contoh makanan hasil fermentasi air kelapa dengan bantuan bakteri Acetobacter xylinum.

3. Produksi yang Berlangsung Lama

Pembuatan nata de coco sudah lama dikenal dan masih populer hingga saat ini.

Makanan ini diproduksi dengan sederhana menggunakan mikroorganisme Acetobacter xylinum, dan telah menjadi bagian dari kuliner Indonesia sejak tahun 1980-an.

Nata de coco biasanya berbentuk padat, kenyal, dan berwarna putih transparan dengan rasa yang mirip kolang-kaling.

Selain dikonsumsi langsung, nata de coco juga sering digunakan sebagai campuran dalam es krim, koktail buah, sirup, dan makanan ringan lainnya.***