Home > PSM

KOLOM ANDI SURUJI: PSM Memutar Ekonomi Parepare

WALIKOTA Parepare Taufan Pawe boleh dikata visioner. Meski latar belakang pendidikan hukum, tetapi visi ekonomimya cukup tajam. 

Ini bukan pujian berlebihan, tetapi sewajarnya dan apa adanya. Dasar argumentasinya jelas. Keberanian dan keputusan Taufan "mengambil" PSM bermarkas di Parepare.

Keputusan itu bukan sekadar untuk popularitas pribadinya sebagai politisi maupun walikota. Tetapi visi ekonomi yang tajam untuk kepentingan warganya. PSM bukan hanya klub sepakbola, tetapi sebuah mesin penggerak ekonomi rakyat. 

Padahal Parepare jauh dari Makassar. Daerah sekitar Makassar banyak dan dekat, tetapi tidak merespon peluang itu. Diam dan membiarkan berlalu. 

Sebagaimana publik mahfum, PSM yang bertarung di Liga 1, kasta tertinggi persepakbolaan nasional, tak memiliki stadion. Bangunan tua Andi Mattalatta Mattoanging, kandang PSM selama ini, dirobohkan oleh Pemprov. Katanya mau dibangun kembali. Faktanya sampai hari ini masih nol. Wacana saja. 

Padahal salah satu syarat sebuah klub Liga 1 mengikuti kompetisi, harus ada stadion untuk menjamu lawan-lawannya. Sebab kompetisi menerapkan sistem pertandingan home (tuan rumah) dan away (tamu) di kandang lawan. 

Jika tidak ada stadion yang representatif digunakan menjamu tim tamu, maka PSM akan menjadi kesebelasan musafir. Menggunakan stadion daerah lain semisal di Jawa, Bali, atau Kalimantan sebagai markasnya. 

PSM kebanggaan masyarakat Sulsel. Taufan Pawe tidak ingin membiarkan kebanggaan masyarakat itu tergerus. Tak ingin klub kebanggaan itu mengembara tanpa semangat siri' na pacce. 

Taufan Pawe ingin menegakkan siri' na pacce itu. Di sinilah posisi keberanian Taufan Pawe dan pembuktian visinya. 

Stadion Gelora BJ Habibie direnovasi sampai memenuhi standar kompetisi. Miliaran dana digelontorkan. 

Outputnya, stadion kebanggan warga Kota Kelahiran Presiden BJ Habibie itu menjadi lebih bagus. Kini memiliki stadion bagus adalah salah satu ikon dan jejak pembangunan yang ditancapkan seorang kepala dan pemerintah daerah. 

Tetapi bukan saja output yang didapat. Outcome berupa multiplier effect (efek berganda) pada perekonomian Parepare tentu luar biasa.

Ada buktinya? Coba kita hitung. Asumsikan saja ada sekitar 18.000 penonton setiap kali PSM main dan menjamu tamu lawannya. 

Tentu saja kebanyakan di antaranya datang dari berbagai daerah di luar Parepare. Perusahaan angkutan Cahaya Bone dilaporkan mengerahkan setidaknya empat bus besar pengangkut penonton dari Bone ke Parepare setiap kali PSM main. 

Penduduk Parepare sendiri, menurut Dinas Dukcapil setempat, hanya sekitar 155 ribu jiwa. Tidak mungkin 10 persennya penonton atau pencinta sepakbola. 

Para penonton itu tentu membeli tiket, makan dan minuman, serta transpor. Dari tiga mata anggaran itu, kira-kira ada sekitar 6-7 miliar rupiah uang yang berputar setiap kali PSM main. 

Seorang tukang parkir, pencinta PSM di kawasan Panakkukang, Makassar misalnya. Ia selalu hadir di Parepare menyaksikan PSM main. Dia menabung berhari-hari untuk biaya ke Parepare pergi pulang. Tidak mau melewatkan satu pertandingan pun. 

Menurut dia, biayanya sedikitnya 200 ribu rupiah. Naik bus bayar Rp 75 ribu. Beli tiket tribun terbuka Rp 50 ribu. Makan, minum, beli rokok 75 ribu.

"Saya pernah ikut teman-teman naik truk tentara, gratis. Tapi capek Pak, berdiri terus sampai Parepare. Saya ikut sewa bus saja, ndak apa-apa bayar," katanya. 

Itu pengeluaran paling rendah. Tentu pengeluaran kelas menengah atas (penonton VIP) jauh lebih besar. Bisa satu juta rupiah karena pakai kendaraan sendiri, makan di restoran dan cafe yang lebih baik dan lebih mahal tentunya. Harga tiketnya pun enam kali lipat.

Belum lagi dihitung pengeluaran penonton untuk hotel bagi yang menginap. Juga cenderamata, serta belanja lainnya.

Tim besar PSM sendiri, keamanan, penyelenggara, berbelanja. Bisa jadi ada uang sekitar sepuluh miliar berputar bertransaksi menggerakkan ekonomi masyarakat setiap kali PSM main. 

Tentu sebagian besarnya menggerakkan ekonomi rakyat di Parepare. Pedagang kaki lima, penjual pakaian cap karung, cafe, restoran, sampai hotel menikmatinya. Warga sekitar stadion pun kebagian. Setidaknya, uang upah parkir kendaraan penonton. 

Keputusan brilian Taufan Pawe bukan saja berdampak bagi warganya. Pedagang makanan di tempat-tempat persinggahan di daerah lain pun kecipratan rejeki.

Seorang pedagang gogos di tempat persinggahan antara Pangkep dan Barru merasakannya. Kalau PSM main di Pare, gogos, telur asin, minuman dan makanan lainnya yang harus disiapkan dua kali lipat dari biasanya. "Habis itu Pak, lumayan kalau sekali seminggu PSM main," katanya.

Parepare bersiap lagi menerima dan menjamu suporter PSM yang datang dari berbagai daerah. Jadwal mainnya mulai tanggal 14 Januari 2023. Ada 17 kali pertandingan hingga akhir musim. 

Warga Parepare tentu bergembira menyambut para pencinta sepakbola suporter PSM. Para pedagang di jalur jalan menuju Parepare pun tentu berharap PSM terus bermain di Parepare.

Karena itu, tugas bersama menjaga keamanan dan ketertiban setiap pertandingan. Memelihara mesin ekonomi bernama PSM Makassar agar terus bergerak, menyala, memutar roda ekonomi rakyat.