KOLOM ANDI SURUJI - Bosowa dan Tantangan Era Disrupsi

CEO Celebes Media Olahraga - Andi Suruji

PERJUANGAN pengusaha daerah HM Aksa Mahmud membangun dan membesarkan usahanya hingga mencapai usia 46 tahun, pada tanggal 22 Februari 2019, tidak ringan. Tantangan dan rintangan bertumpuk, dihadapi dan diatasi, bahkan disiasati.

Usia 46 tahun memang sekadar deretan angka. Akan tetapi, mencapai angka itu di dalamnya terdapat nilai, semangat, strategi pergulatan bisnis untuk tetap survive, bahkan terus berkembang.

Silih berganti gelombang dahsyat dan badai besar menghantam perekonomian Indonesia dengan kompleksitas permasalah yang berbeda. Tentu saja kondisi itu berimbas pada dunia usaha.

Ketika krisis ekonomi sangat dahsyat tahun 1997, Bosowa pun ikut sempoyongan. Tetapi satu hal patut dicatat dalam sejarah perekonomian bangsa ini, Bosowa tidak pernah melarikan asetnya ke luar negeri, seperti yang dilakukan banyak pengusaha Indonesia lainnya.

Nasionalisme pengusaha Aksa Mahmud, yang aktivis mahasiswa di eranya, tidak bisa ditawar. Tebal, seperti kecintaannya pada bangsa dan negara ini. 

Bosowa tetap tegak dan berkembang. Investasi dan bisnis Bosowa, juga terus melebar. Bukan hanya di daerah kelahirannya. Bosowa pun menancapkan investasi dan bisnisnya di seluruh penjuru nusantara, seperti di Jawa, Kalimantan dan Sumatera.

Bosowa bukan lagi sekadar mesin penggerak ekonomi Sulawesi Selatan, kawasan timur Indonesia, tetapi juga telah menjadi power house dan salah satu pilar ekonomi nasional. 

Bosowa masuk daftar 50 kelompok usaha terbesar di Indonesia. Di antara kelompok itu, hanya dihitung jari grup yang sahamnya dimiliki mayoritas pribumi atau pengusaha nasional. Grup-grup besar umumnya dikuasai perusahaan dan pengusaha asing.

Bukan berarti Bosowa antiasing. Bosowa juga membuka pintu bagi pengusaha asing. Pada perbankan misalnya, Bosowa berkolaborasi dengan Qatar di Bank Kesawan yang kemudian berubah menjadi Qatar National Bank (QNB). 

Pada tahun lalu misalnya, Bosowa juga membuka pintu bagi masuknya Kookmin Bank, Korea pada Bank Bukopin yang mayoritas sahamnya dimiliki Bosowa. 

Di Bank Bukopin itulah terjadi kolaborasi sinergik antara pemerintah, swasta nasional, korporasi asing, koperasi, dan pemegang saham publik.

Kini, Bosowa di tangan generasi kedua, menghadapi tantangan yang tidak ringan, sebagaimana tantang umum dunia usaha. Perubahan bisnis yang berlangsung sangat cepat, atau dikenal dengan istilah disrupsi (disruption) harus dijawab dengan inovasi dan fleksibilitas yang tinggi. 

Bagaimana bisnis taxi, salah satu ikon Bosowa, menghadapi pukulan berat dengan berkembangnya transportasi online yang lebih efisien dengan sistem berbagi (sharing). Bagaimana pula bisnis semen harus berkelanjutan dengan masuknya investor China yang lebih efisien. 

Bosowa tidaklah alergi berbagi dalam bisnis. Tetapi perhitungan cermat menjadi tantangan tersendiri agar tidak ditelan kekuatan raksasa yang hendak berkolaborasi strategik dalam bisnis atau masuk pasar bersaing bersama.

Yang pasti, Bosowa harus terus mengibarkan bendera, membela kepentingan daerah dan nasional di era persaingan global yang ganas. Peran negara dan keberpihakan daerah pada pengusaha lokal jelas harus konkret.

Bagaimana pun pengusaha lokal dan pengusana nasional adalah pejuang dan pahlawan ekonomi daerah dan nasional sehingga berkembang, dan kemudian menjadi incaran pengusaha lainnya, terutama pengusaha asing.