Virus Corona Bikin Dana Asing di Indonesia Menguap Rp 40 Triliun

Ilustrasi : Hingga 10 Maret 2020, telah terjadi capital outflow hingga Rp 40,16 triliun - (design by pulzo.com)

CELEBESMEDIA.ID, Jakarta – Penyebaran virus corona kian menakutkan. Hingga Rabu (11/3/2020), virus corona telah menjangkiti 118.596 orang dan menyebabkan 4.262 orang meninggal dunia.

Virus yang pertama kali ditemukan di Wuhan China, Desember tahun lalu tersebut juga berdampak nyata pada perekonomian negara-negara yang terkontaminasi, termasuk Indonesia. Dampak dari virus corona juga terlihat nyata ke pasar keuangan Indonesia. Hal ini terlihat dari dana asing keluar (outflow) yang semakin bertambah.

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan, hingga 10 Maret 2020, telah terjadi capital outflow hingga Rp 40,16 triliun. Dana keluar ini berasal dari Surat Berharga Negara (SBN) Rp31,76 triliun dan dana keluar dari pasar saham Rp 4,87 triliun.

"Dampak terakhir corona menggambarkan bahwa ytd (year to date) terjadi outflow net Rp 40,16 triliun. Obligasi pemerintah Rp 31,76 triliun yang keluar net. Di saham Rp 4,87 triliun yang keluar," ujarnya dirilis CELEBESMEDIA.ID dari laman CNBCIndonesia, Jakarta, Rabu (11/3/2020).

Padahal, sebelumnya total dana asing sejak awal tahun hingga Februari tidak begitu besar yakni hanya Rp 16 triliun yang terdiri dari SBN Rp 11 triliun dan saham Rp 1,6 triliun. Namun, semakin menyebarnya virus corona semakin banyak investor yang menarik dananya.

Menurutnya, penarikan besar-besaran yang dilakukan investor berawal pada pertengahan Februari yang sebelumnya hanya Rp 16 triliun menjadi Rp 28,9 triliun dana asing keluar. "Januari sebelum corona, ada net inflow, begitu 25 Januari dan ada coronavirus terjadi outflow. SBN keluar Rp 28,9 triliun di Februari, di Maret Rp 18 triliun," kata dia.

Namun demikian, ia menekankan bahwa BI dan pemerintah akan selalu ada di pasar dengan kebijakan masing-masing. Koordinasi akan terus diperkuat agar kebijakan dari sisi moneter hingga fiskal dapat tetap mendorong perekonomian.

BI sendiri dikatakan telah melonggarkan kebijakan moneternya dengan menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 bps menjadi 4,75% dan menurunkan Giro Wajib Minimum (gwm) baik valas maupun rupiah.

BI juga tetap hadir di pasar melakukan intervensi dari tiga sisi baik di pasar spot, DNDF dan pembelian SBN di pasar sekunder. "Tahun ini di atas Rp 130an triliun kita beli. Di antaranya Rp 110 triliun sejak akhir Januari sejak corona virus sehingga itu strategi kami yang kita sebut triple intervention," katanya. Sementara itu, pemerintah telah memberikan stimulus fiskal berupa insentif ke beberapa sektor yang paling terdampak dari corona dengan anggaran mencapai Rp 10,3 triliun.