CELEBESMEDIA.ID, Makassar - Beberapa penantian seolah tak berujung. Tetapi penantian yang satu ini akhirnya tuntas dengan perjuangan yang tidak kenal batas, juga doa.

Selasa, 6 Agustus 2019, jutaan pasang mata menjadi saksi lahirnya juara sejati di kancah sepak bola Tanah Air. Baik yang datang ke Stadion Mattoanging maupun yang menatap dari layar televisi. PSM Makassar akhirnya tampil sebagai kampiun Piala Indonesia 2018/2019.

Menjadi bagian dari proses ini tentu adalah sebuah kebanggaan yang tak ternilai. Berdiri kurang lebih 8 jam lamanya di atas tribun tanpa atap dengan pengawasan superketat pihak keamanan terbayarkan ketika peluit panjang akhir babak kedua dibunyikan wasit.

Kita telah juara.

Otoritas boleh melarang flare maupun spanduk. Tetapi tak ada yang bisa menahan air mata para suporter. Kami harus menangis. Suasana ini terlalu mengharukan, sesuatu yang telah lama kami nanti.

Masih teringat kala tahun 2000. Ketika itu menyaksikan pemandangan yang sama terjadi di Stadion Senayan, Jakarta, melalui layar tivi. Saya sedang terbaring di Rumah Sakit Akademis Jaury pasca operasi.

Kini Kita JUARA lagi.

Ini bukan tentang kata "JUARA". Pun juga bukan tentang trofi yang hari ini kita arak keliling Kota Makassar. Tetapi ini adalah tentang pengakuan, pembuktian, dan perjuangan.

Dua tahun berturut-turut kami harus rela kehilangan harapan. Kami selalu kalah di saat-saat akhir. Ibarat pelari, kami senantiasa tersandung tidak jauh dari garis finis.

Kegagalan yang kami anggap sebagai sebuah instrumen dan drama yang telah tersusun rapi. Disutradarai oleh oknum yang tidak rela kami juara.

Tahun ini di kompetisi yang berbeda, oknum tersebut masih mencoba memerankan keahliannya. Berbagai rintangan dibuat agar impian dan harapan kami tetap tidak terwujud.@ Tetapi kami PSM. Rintangan sesulit apapun kami coba hadapi dan lewati.

Walau kadang pahit, keinginan dan arahan mereka kami laksanakan. Semata-mata karena kami ingin buktikan bahwa kami patuh dan taat terhadap aturan. Meski kami sadar ini aturan yang tidak berdasar pada keadilan.

Saya tidak ingin menceritakan lagi kronogis terjadinya partai tunda final leg kedua final Piala Indonesia 2019, 28 Juli 2019 lalu. Saya yakin dan percaya masyarakat Indonesia sudah menilai dan sangat paham. Bahkan pengambil kebijakan proses ini sadar dan tahu diri dengan apa yang mereka telah perbuat.

Saya hanya ingin katakan, kekuatan kebersamaan dan doa itu sangat kuat. Asa pemain, manajemen, suporter, pecinta PSM Makassar, TNI, Polri, dan seluruh masyarakat Indonesia yang menginginkan sepak bola nasional lebih tertata, berprestasi, dan profesional akhirnya terwujud di Stadion Mattoanging, Makassar.

Terima kasih untuk semua yang telah menjadi bagian dari proses ini. Pemain, manajemen, pelatih, ofisial, panpel PSM, pejabat Pemkot Makassar, Pemprov Sulsel, TNI, Polri, seluruh masyarakat Sulawesi Selatan, teman-teman suporter PSM, seluruh suporter Indonesia, para pengusaha, dan secara khusus kepada seluruh pecinta PSM Makassar di manapun berada. Segala doa dan dukungan selama ini sungguh luar biasa.

Kita telah JUARA.

Juara yang didapat dari hasil perjuangan. bukan hadiah dari siapapun.

Ini akan menjadi catatan sejarah dan bahan cerita ke anak cucu kita kelak. Saatnya kita fokus mengawal kebanggan ta untuk juara kompetisi selanjutnya.

Ewako Ewaki Kuewai!

Penulis: Sadat (Pemain Ke-12 PSM Makassar)